Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ironi Budaya Papua Lewat Lukisan dan Patung

image-gnews
Panita TPS membawa tas noken saat Pilkada serentak di TPS distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, 9 Desember 2015.  Pilkada serentak di Papua diikuti 11 kabupaten, yakni Yakuhimo, Nabire, Keerom, Asmat, Waropen, Merauke, Boven Digul, Pegunungan Bintang, Supiori, Memberamo Raya, dan Yalimo. TEMPO/Maria Hasugian
Panita TPS membawa tas noken saat Pilkada serentak di TPS distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, 9 Desember 2015. Pilkada serentak di Papua diikuti 11 kabupaten, yakni Yakuhimo, Nabire, Keerom, Asmat, Waropen, Merauke, Boven Digul, Pegunungan Bintang, Supiori, Memberamo Raya, dan Yalimo. TEMPO/Maria Hasugian
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Wajah seorang perempuan tua Papua yang penuh guratan usia dengan tatapan kosong dengan latar belakang kanvas hitam. Kedua telapak tangannya yang kokoh dan keriput menengadah ke atas. Menampakkan sisa jari-jari yang bekas dipotong pada salah satu tangannya. Jari-jari yang dipotong adalah wujud rasa cinta mama terhadap keluarga atau kerabatnya yang meninggal dunia.

Perempuan tua itu juga mengenakan noken atau tas rajut khas Papua di kepalanya yang telah berubah menjadi tas plastik dengan bertuliskan brand nama salah satu pasar modern terkenal.

Ada ironi budaya orang Papua yang tergerus karena menghadapi budaya luar yang tergambar pada lukisan yang diberi judul Ana ye Ana yang bercerita tentang ibu itu. “Masyarakat Papua tidak mengenal plastik, tapi noken,” kata Ignasius Dicky Takndare saat ditemui Tempo saat pembukaan Pameran Seni Rupa bertajuk Remahili di Bentara Budaya Yogyakarta, Sabtu, 15 Oktober 2016 malam lalu.

Baca:
Skandal Donald Trump:Kata 10 Wanita yang Mengaku Digerayangi 
Duterte Nyatakan Pisah dari AS dan Bergabung dengan Cina

Noken adalah tas rajut khas Papua yang tak sekedar tempat meletakkan barang. Bahkan anak yang baru lahir pun akan diletakkan di dalam noken untuk dibawa ke mana-mana oleh ibunya sembari beraktivitas. Noken pun menjadi simbol kehidupan orang Papua.

Untuk melukiskannya, Dicky membutuhkan waktu terlama dibandingkan karyanya yang lain, yaitu dua bulan. Dia khawatir, keintiman yang dibangunnya saat melukis sosok ibu itu akan hilang saat karya itu selesai dibuat. Lantaran ada pesan terselubung yang ingin disampaikan Dicky dari karya itu.

“Meski ibu itu dipotong jarinya, meski mengenakan tas plastik, meski ada yang hilang, tapi tetap ada cinta,” kata Dicky.

Permainan wajah mendominasi dalam tujuh lukisannya. Seperti juga karya yang diberi judul Besohathe yang menggambarkan sosok pemuda dengan jidat berlubang dan ditambal dengan jeruji besi. Mulutnya terkatup dan dijahit dengan benang merah. Atau pun Silent Target #2 yang menampilkan pemuda dengan bulatan merah tanda sasaran target bidikan tembakan di ujung keningnya. Kedua sosok yang dilukis dari model itu mempunyai kesamaan, yaitu tatapan sepasang mata yang tajam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Wajah mengambarkan banyak arti,” kata Dicky yang mendirikan Ikatan Keluarga Mahasiswa Timur (IKMT) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 2012.

Pameran dari 15-23 Oktober 2016 itu juga menampilkan karya-karya patung dari mahasiswa ISI Yogyakarta, Albertho Wanma. Salah satu karyanya yang menonjol adalah patung yang berjudul Koboro Koboro Yae yang diberi arti ambivalen. Dia membuat patung totem yang menggambarkan entitas yang mengawasi kelompok lain. Yang unik, patung totem paling bawah dipadukan dengan seni kinetik sehingga bisa menggerakkan tangan ke atas ke bawah serta mulut patung yang membuka dan menutup.

“Itu bukan latah menerapkan seni kinetik. Tetapi kinetik sebagai bagian dari konsep ide,” kata Dosen Seni Rupa ISI Yogyakarta Andre Tanama.

Konsep yang dibangun Albertho, menurut Andre adalah gambaran manusia yang selalu bergerak, sehingga lupa untuk merenung. Secara keseluruhan, kedua perupa muda itu tak hanya memunculkan pesan tentang tradisi orang Papua meratap saat berduka atau Remahili atas kondisi saat ini.

Tradisi meratap itu digunakan mereka untuk mengkomunikasikan persoalam kemanusiaan yang tiada habis di bumi ini. Meskipun judul-judul karya keduanya menggunakan bahasa Papua.

“Karena kami ingin mengangkat potensi daerah lewat bahasa,” kata Albertho.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

5 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

8 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

20 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

23 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

41 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

44 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

49 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

51 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

56 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat