TEMPO.CO, Bandung - Seniman R.E. Hartanto, 43 tahun, menggarap seri karya lukisan tentang masyarakat kelas menengah Indonesia. Agar pembuatannya fokus, ia mengurangi jadwal kepesertaan pameran bersama atau kelompok. "Saya ingin melukis dengan happy sebagai hobi," ujarnya di Bandung.
Karya perdananya bertema kelas menengah berupa lukisan bergambar seorang perempuan dikelilingi beberapa ekor monyet. Sosok perempuan bermimik takut itu adalah kawan di kampusnya dulu yang menjadi pengusaha. Di Bandung, seniman yang bermukim di Ungaran, Jawa Tengah itu, kini masih menyelesaikan lukisan itu.
Tema lukisannya tentang kisah nyata kecemasan dalam pekerjaan yang dihadapi kelas menengah. Lulusan Seni Lukis dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB 1998 itu mengaitkan saraf kecemasan di otak yang kemudian dilambangkan dengan sosok monyet. “Kelas menengah ini lagi edan di Indonesia, temanya bisa panjang sampai saya meninggal,” kata dia, Selasa, 6 September 2016.
Kehidupan kelas menengah yang diincar sebagai seri karya lukisannya ingin menjangkau ke berbagai kota di Indonesia. Keragaman dan perkembangannya dari masa ke masa ia harapkan juga sebagai dokumentasi sejarah.
Ingin serius dan fokus menggarapnya secara total, Tanto mengurangi pembuatan karya untuk pameran bersama atau kelompok. Dia mau berkarya secara bebas, tidak lagi kejar tayang untuk memenuhi permintaan pasar atau pemilik galeri seni. “Saya rela hidup sederhana asal karya terlindungi dan tidak terintervensi orang lain,” ujarnya.
Saat booming karya seni rupa, pada kurun 2008-2009 Tanto mengaku harus menyiapkan karya-karya baru untuk lebih dari 10 kali pameran bersama selama setahun. Selain sulit untuk libur, ia merasa jadi bodoh karena sulit menghasilkan ide karya yang brilian.
ANWAR SISWADI