TEMPO.CO, Jakarta -Adegan pembuka film ini cukup meyakinkan. Seorang gadis remaja bernama Cassie (Chloe Grace Moretz) berlari di tengah hutan sambil menenteng senjata laras panjang. Di tepi hutan, Cassie melihat sebuah supermarket yang sudah lama ditinggalkan. Ia menerobos masuk dan bergegas memasukkan makanan ke dalam ransel birunya. Tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong. Cassie menemukan seorang pria terluka di pojok supermarket. Cassie bimbang apakah pria itu musuh atau kawan. Namun, saat pria itu seperti akan mengeluarkan senjata dari balik baju, Cassie dengan jitu membidik. Dor! Pria itu pun tewas seketika.
Melihat adegan pembuka ini, ekspektasi pada si jagoan cewek meninggi. Kita berharap Cassie akan menunjukkan aksi sekeren Katniss Everdeen di Hunger Games atau minimal Tris Prior di Divergent. Sayang, harapan itu harus buyar. Tak banyak aksi menarik yang disuguhkan Cassie kecuali lari-larian di hutan dan sedikit pukul-pukulan dengan Evan Walker (Alex Roe) yang nantinya malah ia taksir.
Film ini diangkat dari buku Rick Yancey berjudul sama yang terbit pada 2013. The 5th Wave adalah buku pertama dari seri trilogi yang direncanakan Yancey. Buku ini cukup sukses dan dibanding-bandingkan dengan seri The Hunger Games (Suzanne Collins) dan The Road (Cormac McCarthy).
The 5th Wave berkisah tentang dunia pasca-apokalips dengan Cassie Sullivan sebagai tokoh sentral. Cassie adalah gadis 16 tahun biasa yang hidup di kota kecil di Ohio bersama ayah, ibu, dan adik lelaki bernama Sam. Ia gadis baik-baik yang tak minum alkohol saat menghadiri pesta, pulang tepat waktu, dan menyempatkan diri untuk menyanyikan nina bobo pada Sam. Problem dalam hidup Cassie hanya lah bagaimana cara membuat Ben Parish (Nick Robinson), bintang sepakbola sekolah, tertarik padanya. Hidup normal Cassie tiba-tiba jungkir balik ketika “Yang Lain” datang ke bumi.
“Yang Lain” adalah alien yang datang dengan piring terbang raksasa lalu parkir di atas langit Ohio. Gelombang Pertama invasi terjadi saat Yang Lain membajak listrik, alat elektronik, dan segala jenis teknologi. Orang-orang tewas akibat mobil-mobil yang saling bertabrakan di jalan dan pesawat jatuh dari udara karena ketiadaan daya.
Gelombang Kedua berupa tsunami dahsyat. Kota-kota di pinggir pantai dan pulau-pulau kecil beserta seluruh penduduknya lesap. Populasi manusia yang masih bertahan dari dua gelombang itu kemudian dihadapkan pada serangan ketiga: wabah mematikan. Ibu Cassie turut tewas dalam Gelombang Ketiga. Selanjutnya, Gelombang Keempat muncul dalam bentuk alien yang menyamar jadi manusia. Para penyaru ini menciptakan kekacauan dan membuat manusia asli saling membunuh satu sama lain.
Angkatan Darat menyebut “Yang Lain” sedang menyiapkan Gelombang Kelima yang sekaligus akan jadi serangan penghabisan. Seluruh manusia di muka bumi akan punah bila gelombang pamungkas ini jadi dilancarkan. Anak-anak dan remaja kemudian direkrut untuk dipersiapkan sebagai tentara melawan Gelombang Kelima. Mereka dilatih bertarung, menembak, dan mengenali perbedaan manusia yang telah dirasuki “Yang Lain” dan manusia sebenarnya.
Plot ini menarik. Pasukan anak dan remaja melawan alien punya banyak potensi untuk dikembangkan jadi sesuatu yang menegangkan sekaligus menyentuh hati. Hati tentu teriris melihat para balita harus berlatih di bawah tekanan dan mengangkat senjata untuk memastikan keselamatan umat manusia.
Sayang, film ini justru memilih mengeksplorasi sisi lain: kisah asmara remaja. Interaksi Cassie dengan Evan atau Ben yang disertai musik latar belakang cheesy alih-alih menimbulkan efek romantis malah membuat bergidik.
Banyak twist dalam cerita yang dimaksudkan sebagai kejutan. Tapi, semua kejutan itu terbukti klise dan sudah bisa ditebak sejak jauh sebelumnya. Blakeson tak berhasil memunculkan sesuatu yang baru dalam filmnya. Adegan demi adegan terasa sudah pernah kita lihat sebelumnya di film-film bertema serupa (yang digarap jauh lebih baik).
Penampilan Cassie juga jauh dari menggugah. Sejak kedua orang tuanya meninggal dan terpisah dari adiknya, Cassie lebih sering ditampilkan sebagai tokoh yang kebingungan dan rapuh. Dia bisa terbunuh kapan saja dalam perjalanan menyelamatkan Sam yang dibawa ke kamp pelatihan saking gegabahnya.
Lebih menarik melihat Ben yang menghabiskan waktu di dalam kamp. Ia menjadi ketua regu dan harus terjun ke medan perang. Tapi itu pun tanggung. Karakter Ben terjebak antara seorang pemimpin yang bisa diandalkan dan sosok idola sekolah yang suka tebar pesona. Tak bisa benar-benar mengagumi dia tanpa merasa terganggu dengan sikap sok cool-nya. Evan? Selain six pack yang menggoda, tak ada yang benar-benar spesial dari si brewok yang kasmaran pada Cassie ini. Dialog andalannya paling “Aku pikir cinta hanya tipuan sampai aku bertemu dirimu.” Awww...
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
--------------------------------
Judul: The 5th Wave
Produksi: Sony Pictures Entertainment, Columbia Pictures
Pemain: Chloe Grace Moretz, Nick Robinson, Ron Livingston, Maggie Siff, Alex Roe
Sutradara: J. Blakeson
Skenario: Susannah Grant, Akiva Goldsman, Jeff Pinkner (dari novel karya Rick Yancey)