TEMPO.CO, Jakarta - Jika format sebuah film terbukti sukses mengeruk keuntungan dan disukai, format itu akan dipertahankan untuk sekuel-sekuelnya. Itulah yang terjadi pada film 22 Jump Street, film bertema buddy cop yang menjadi sekuel dari 21 Jump Street.
Ketika 21 Jump Street digarap oleh duo Chris Miller dan Phil Lord pada 2012, mereka mengubah sebagian besar format yang dipakai pada serial TV-nya. Drama kriminal yang kental diubah menjadi komedi satir, namun tetap dengan kisah utama polisi yang menyamar jadi pelajar. Langkah itu membuat 21 Jump Street meraih keuntungan besar dan banjir pujian karena berhasil menghibur penonton baru ataupun lama. Alhasil, 22 Jump Streeet pun digarap dengan cetak biru yang sama.
Seperti kisah 21 Jump Street, duo polisi Morton Schmidt (Jonah Hill) dan Greg Jenko (Channing Tatum) kembali ditugaskan oleh kedua atasannya, Chief Hardy (Nick Offerman) dan Captain Dickson (Ice Cube), untuk menyamar sebagai pelajar demi membongkar sindikat narkoba. Jika sebelumnya diminta menyamar sebagai pelajar SMA, mereka sekarang naik tingkat jadi mahasiswa perguruan tinggi.
Jenko dan Schmidt masuk ke perguruan tinggi Metropolitan City State University. Target mereka adalah sindikat pengedar narkoba berjenis WhyPhy (work hard, party hard), serupa dengan narkoba HFS pada 21 Jump Street. Pihak kepolisian, lagi-lagi, yakin narkoba yang mampu memberikan efek fokus saat belajar dan berpesta itu diedarkan oleh mahasiswa MC State sendiri.