TEMPO.CO, Jakarta - Manajer artis bukan sekadar tukang jinjing tas artis. Bagaimana mereka “membina” dan memperpanjang rentang hidup para pesohor?
Siang itu Adik Karuniawan terkesan dandy dan sibuk. Manajer artis berumur 35 tahun itu mengenakan kemeja biru dongker dan celana jin hitam beraksen sobek-sobek yang menyamarkan tubuh berisinya. Rambut cepaknya tersisir rapi. Dia duduk sambil asyik berkutat dengan telepon pintarnya di sebuah kafe di Pondok Indah Mall 2, Jakarta, Selasa lalu. “Enggak sibuk-sibuk banget, sih. Karena Kamis saya akan liburan ke Jepang, banyak urusan yang mesti diselesaikan sekarang,” katanya.
Adik adalah manajer Atiqah Hasiholan, Marcelino Lefrandt, Cynthia Lamusu, Aida Nurmala, Surya Saputra, dan sejumlah pesohor lain. Mengurus sederet artis papan atas jelas membuatnya sibuk. Menjelang liburan pun ia harus memastikan “anak-anak asuh”-nya tak ketar-ketir karena kehilangan “induk”. Tak cuma urusan bisnis, seperti kontrak dan tawaran proyek yang mesti ia kelola, tetapi juga urusan pribadi para artis.
Tak ada sekolah khusus atau buku panduan resmi buat jadi manajer artis. Kebanyakan manajer artis Indonesia menimba ilmu dari pengalaman dan mengembangkan sendiri sistem pengelolaan pesohor.
Adik mulai memasuki dunia hiburan saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Seorang sahabat memperkenalkannya kepada penyanyi Denada, putri artis Emilia Contessa. Adik pun runtang-runtung mengikuti Denada berpentas.
Pelan-pelan dia mulai mengenal segala kebutuhan seorang artis dan hal-hal teknis pementasan. Kesempatan Adik makin terbuka setelah bertemu dengan Johandi Yahya, manajer grup musik Element, yang kerap dolan ke rumah Emilia. Johandi meminta Adik menjadi asistennya pada 1998. Karier Adik makin maju. Dia lalu “naik pangkat” menjadi manajer Cool Colors, grup musik yang diawaki Johandi, Ari Sihasale, Surya Saputra, dan Teuku Ryan.
Adik mengaku bahwa seringnya bertandang ke rumah Denada berpengaruh banyak pada kariernya. Di tempat itulah dia bertemu dengan banyak artis hingga akhirnya dipinang aktor Marcelino Lefrandt untuk jadi manajernya.
Setelah mengurus Marcelino, karier Adik makin moncer. Ia lalu dilamar para artis lain, seperti Edward Gunawan, Ikhsan Himawan, Karina Salim, dan Fadlyan Makmun. Ada juga beberapa artis yang minta ditangani, tapi ditolak Adik karena kesibukannya. “Pekerjaan ini menyenangkan, tapi aku juga sebaiknya enggak memaksakan diri dan ambil semuanya,” kata dia.
Adik memang selektif dalam memilih artis. Ia enggan menangani artis yang doyan bikin sensasi agar sering muncul di tayangan infotainment. Selebriti arogan dan punya gaya hidup tak baik juga ia coret dari daftarnya. Yang jadi pilihannya adalah artis kelas atas yang tak banyak tingkah. Meski, ujarnya, menemukan artis sesuai dengan kriterianya tidaklah gampang.
“Sama halnya dengan cari jodoh, aku juga selalu cari kecocokan dulu dengan si artis,” kata Adik. “Lagian, lebih enak nanganin artis yang benar dan dikenal karena prestasi. Karena saya bisa tenang, enggak degdegan dia bakal bikin gosip apa lagi,” ucapnya.
ISMA SAVITRI