Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pameran Bersama After Effect  

image-gnews
(TEMPO/Anang Zakaria)
(TEMPO/Anang Zakaria)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jogjakarta - Di tangan Mufi Mubarok, matras lebih dari sekadar alas, tapi sekaligus media melukis. Dengan cat akrilik, dia melukis bermacam gambar di atasnya, dari jendela, terali, siluet gajah, mobil-mobilan, cangkir, huruf, hingga logo dan simbol. Warna dasarnya pun dibuat beragam, ungu, kuning, merah, dan biru.

 

Jika umumnya susunan matras yang menyerupai puzzle dirangkai terhampar agar bisa menjadi alas duduk atau tidur, Mufi malah membentuknya menjadi bangun kubus dan segitiga. Eksplorasinya terhadap matras tak berhenti disana. Dia rangkai kembali bangun-bangun itu menjadi rumah-rumahan dan kotak boks.

 

Nin’s Data Box, demikian judul karya itu, merupakan satu di antara karya yang dipamerkan di Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta. Bertema After Effect, pameran visual itu digelar sepanjang 21-30 Januari ini. Pameran itu menampilkan puluhan karya 13 mahasiswa program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang berasal dari latar belakang sosial-budaya, etnis, dan negara berbeda.

 

Karya yang dipamerkan pun beragam bentuknya. Dari seni lukis konvensional di atas kertas hingga yang kontemporer di atas media non-kanvas (campuran) dan seni instalasi.

 

Mufi memang lebih banyak mengeksplorasi media non-kanvasnya dalam melukis. Selain di atas media matras, mahasiswa kelahiran Pandeglang, Banten, 29 tahun lalu itu juga menggunakan media bambu. Nin’s (5) Memories adalah sebuah lukisan banyak huruf N dan angka 5 yang digambar semburat memenuhi media berukuran 250 X 200 sentimeter. Dengan warna dasar cokelat muda khas kayu dengan bunga-bunga merah, media itu terbuat dari bilah bambu yang disusun rata. Tak salah, bentuknya memang mirip galar bambu pada ambin.

 

Bagi Mufi, kesenian sekaligus cara bersenang-senang. Maka karya seni tak harus kaku tertuang pada media kanvas. Bisa jadi lukisan itu digambar di matras atau bambu. “(Medianya) bisa apa saja, tak harus kanvas,” katanya, Ahad siang tadi.

 

Dimana dan kapanpun juga, menurut Mufi, seorang seniman bebas berkarya. Nin’s Data Box, misalnya, dibuat di sela waktu senggang. Lantaran kesibukan belajar, dia tuangkan pengalaman pribadinya di atas matras. “Ide gambarnya terinspirasi dari pengalaman berinteraksi dengan orang-orang sekitar,” ujarnya.

 

Mahasiswa lain yang turut memajang karyanya di galeri itu, I Kadek Yudi Astawan, mengatakan karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil karya yang dibuat pada awal-awal semester para mahasiswa itu saat menempuh program S2. Seperti halnya seorang tukang membangun rumah, demikian juga seorang seniman berkarya. Jika di program S1, mahasiswa diajarkan dengan berbagai teori dan konsep seni itu adalah dasar atau “pondasi rumah”. Maka di program pasca sarjana (S2) adalah waktu untuk melakukan pengembangannya. “Menjadi bentuk bangunannya,” kata dia.

 

Dalam tiga karyanya, Kecap Series nomor 1, 2 dan 3, Astawan memkombinasikan berbagai konsep dasar seni rupa yang didapat di program sarjana (S1). “Seni melukis dan mematung,” ujarnya.

 

Hasil dari kombinasi seni lukis dan patung menghasilkan lebih banyak dimensi dari karyanya. Dalam Kecap Series # 1, misalnya, Astawan melukis seekor ikan tergelatak di atas tumpukan jerami pada media kanvas. Berbeda dengan lukisan umumnya, yang dipajang dengan tergantung dan menempel di dinding, Kecap Series #1 diletakkan mendatar di atas lantai.

 

Sementara itu, di atas lukisan yang terhampar itu, Astawan menambahkan sebuah tiang tepat di atas lukisan ikan. Tiang berwarna hitam itu menyangga sebotol kecap yang terjungkir. Kesan yang ditangkap saat mengamati karya itu adalah tuangan botol kecap di atas kanvas. Kesan itu terasa nyata. Apalagi di bagian atas lukisan ikan, Astawan meluberi dengan warna hitam mirip tumpahan kecap.

 

Botol kecap tertuang dengan cairan kecap melumuri lukisan itu hadir dalam ketiga karya Astawan. “Botol kecap itu asli,” kata dia.

 

Bisa dibilang, tak sekadar menunjukkan kematangan konsep dan teori seni rupa, melalui karyanya, Astawan telah menunjukkan kepekaan sosialnya. Perupa asal Gianyar Bali itu mengatakan ide karyanya berasal dari budaya ”ngecap” (omong besar). Dewasa ini, budaya itu deras berkembang di banyak kalangan masyarakart kita.

 

Selain karya-karya kedua mahasiswa itu, ada juga karya Alexander Nawangseto berjudul Rumahku Harus Subur, yang dibuat monoprint on paper, Mahdi Abdullah dengan seni instalasinya yang berjudul Peluru Kebudayaan (peluru yang terbuat dari fiberglass, benang, kabel dan lampu), dan From The Same Root karya Hardiana yang menggunakan media campuran.

 

Kurator pemaran Anusapati menilai ada beberapa perbedaan yang bisa dilihat pada karya pameran itu, antara sebuah pameran yang dihasilkan mahasiswa S2 dan S1. Pada prinsipnya, di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, program pascasarjana merupakan lanjutan dari program sarjana.

 

Menurut Anusapati, ada beberapa penekanan yang bisa digarisbawahi pada karya mereka. Pertama adalah pembaharuan. Pada karya mereka terlihat adanya upaya membuka wawasan dan kemauan mencari sesuatu yang baru. “Jika selama ini mereka menekuni satu aliran, tidak seperti itu saat ini,” kata dia.

 

Yang kedua, ada penekanan pada pencarian dengan penalaran dan pengamatan proses yang dia lakukan. Mereka mendeskripsikan sendiri konsep yang mereka bentuk. “Di S1 tidak dibebani pemikiran ini,” kata dia.

 

Secara umum, Anusapati melihat upaya pameran itu cukup bagus. “Setidaknya, bagi peserta pameran bisa menemukan yang baru,” ujarnya.

 

 

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

41 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.