TEMPO Interaktif, Di Indonesia, setiap tahun ada pemilihan Putri Indonesia, yang diselenggarakan oleh Moeryati Soedibyo. Di Belanda pun tak mau kalah.
Di sana ada kontes Miss Indonesisch alias Putri Indonesia, yang penyelenggaraannya berlangsung di Negeri Kincir Angin. Ajeng Mediandini, 19 tahun, merupakan Miss Indonesisch 2010. Pekan lalu, saat ditemui di rumah seorang perancang ternama Ibu Kota di Tebet, Jakarta, mahasiswi tingkat III Fakultas Ekonomi Manajemen Perdagangan Asia Hogeshool Van Amsterdam itu girang bukan main berada di Tanah Air.
"Saya rindu sate Padang. Di Belanda ada yang menjual, tapi rasanya lebih enak di sini," kata gadis berparas ayu yang berhasil menyisihkan 40 finalis lainnya itu. Ajeng merupakan warga negara Indonesia. Ayah-ibunya berasal dari Padang dan Bandung. Dia tinggal di Belanda sejak usia enam tahun. Ajeng menuturkan, kontes pemilihan yang diikutinya pada April tahun lalu mendapat dukungan penuh dari kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda, Garuda Indonesia, dan pemerintah Belanda.
"Waktu acaranya berlangsung seru bukan main. Kami, para peserta, terdiri atas orang asli Indonesia, blasteran Indo-Belanda, Cina-Belanda, Suriname-Belanda, diuji untuk memberikan bakat dan kemampuan tentang budaya Indonesia," kata Ajeng, yang menjadi juara karena nilainya tinggi. Dia pandai membaca puisi Jawa kuno, menari tarian daerah, serta memaparkan jawaban lugas seputar kebudayaan Indonesia.
Kedatangan gadis berambut panjang ini ke Tanah Air, selain mendapat undangan dari instansi pemerintah Indonesia dan menjajaki para sponsor untuk perhelatan Miss Indonesisch tahun depan, tentu saja menikmati sate Padang. "Echt lekker en heerlijk dineren hier sate Padang!" ujarnya, dengan logat Belanda, yang artinya "sungguh enak dan nikmat bersantap sate Padang di sini". Betul, namanya juga pulang kampuang, Ajeng! HADRIANI P