Opera Tan Malaka adalah kerja kolaborasi antara komponis Tony Prabowo dan libretis Goenawan Mohamad. Mereka mengawinkan musik dan sastra menjadi semacam "opera-esai" yang mengangkat wacana tentang salah satu tokoh terpenting revolusi Indonesia, Tan Malaka. Tak ada aktor yang memerankan satu tokoh, tak ada dialog antar-peran, tapi ada dua penyanyi aria dan dua pembaca teks.
Opera itu akan dipentaskan tiga kali selama 18-20 Oktober setiap pukul 20.00 WIB. Tiket pertunjukan perdana dijual seharga Rp 500 ribu dan tiket di hari lainnya Rp 100 ribu. Namun, seluruh 160 kursi di setiap pertunjukan sudah habis terjual, padahal permintaan untuk pembelian tiket masih tinggi.
"Semua tiket sudah terjual dan kami tak bisa menambah waktu pertunjukan lagi karena masalah teknis," kata Rama Tharani, manajer pemasaran Salihara, tadi malam.
Menurut Rama, semula mereka berencana untuk mengadakan pertunjukan kedua di hari terakhir, tapi secara teknis tak mungkin karena melibatkan para pelajar sebagai pemainnya. "Bila kami menggelarnya pada sore hari, para pelajar itu masih bersekolah dan bila tengah malam, itu waktu yang sudah terlalu larut untuk mereka," katanya.
Namun, kata Rama, panitia akan menayangkan pertunjukan itu ke sebuah layar di Teater Atap Salihara pada saat pertunjukan berlangsung, sehingga penonton yang tak kebagian kursi masih dapat menikmatinya. "Tayangan itu juga menggunakan kamera banyak sudut. Silahkan menyaksikannya secara gratis," katanya.
Sebagai pemanasan menjelang pementasan, dua diskusi digelar di Serambi Salihara. Diskusi "Masa Depan Tan Malaka" dengan pembicara Bonnie Triyana diadakan pada Kamis (14/10) pukul 16.00 WIB. Adapun "Apresiasi Opera Tan Malaka" dengan pembicara Suka Hardjana dan Goenawan Mohamad diadakan pada Jumat (15/10) pukul 16.00 WIB. Semua diskusi bersifat terbuka untuk umum dan gratis.
Kurniawan