Menurut kurator Farah Wardani, karya-karya Sari banyak menampilkan simbol-simbol pribadi dari perasaan serta kontemplasi personalnya akan hidup, yang ia ketengahkan lagi dengan permainan warna untuk memperkuat narasi dari simbol-simbol tersebut. “Warna, dan objek spesifik selalu menjadi elemen penting dalam karya-karyanya,” kata Farah dalam catatan kuratorialnya di situs viviyipartroom.com.
Sekitar dua tahun belakangan, Sari mengetengahkan capung sebagai ikon karya-karyanya. Dalam pameran tunggal keduanya di Vivi Yip Art Room, Jakarta Selatan, mengetengahkan sang capung dalam satu rangkaian karya dengan narasi yang utuh.
Capung dalam karya-karyanya adalah seperti sebuah karakter ‘teman imajiner’ yang selalu hadir dalam hidup barunya ini. Sari sendiri tak terlalu mencoba membuat penjelasan yang berlebihan mengenai pengetengahan sang capung ini dalam proses pengkaryaannya.
Ia hanya tahu, capung – seperti juga beberapa serangga lainnya, hidup hanya sampai 24 jam – walau larvanya sebelumnya bisa tumbuh bertahun-tahun dalam kepompong. Begitu lepas, capung terbang dan menikmati hidupnya yang hanya sehari – yang bagi kita mungkin tak berarti dan lewat begitu saja, tapi menjadi keseluruhan hidup baginya.
Dan itulah yang ingin disampaikan Sari dengan pameran bertajuk Sehari kali ini. Bagaimana hidup keseharian dengan segala kesederhanaan, rutinitas, kisah-kisah kecil, dan persoalan-persoalan membumi yang dihadapi bisa menjadi begitu berarti bagi seseorang, walau mungkin bisa juga dianggap remeh atau lewat begitu saja bagi orang lain.
12 karyanya dalam pameran ini dibagi 4 bagian: serial Pagi, Siang, Sore dan Malam. Warna-warna biru, hijau mendominasi bagian Pagi dan Siang, Sore diliputi oleh nuansa merah jingga bagai senja. Untuk menandai waktu itu, Sari juga menampilkan obyek-obyek yang menyiratkan benda-benda, kegiatan serta lingkungan sehari-hari seperti kereta bayi, tanaman, perabot dapur dan televisi di ruang tamu.
Lalu malam dengan hitam yang diakhiri dengan lukisan penutup bernuansa putih di atas putih, menandai akhir dari hidup sehari si Capung, teman imajinernya yang menjadi maskot bagi keseharian hidup Sari dan rumah tangganya yang sedang bermulai. Dimana setiap hari dalam hidup menjadi harus dihargai dan berarti, seperti tak akan ada esok lagi.
Nurdin Kalim/viviyipartroom.com