Dalam film produksi Media Desa dan Margate House yang berbiaya Rp 60 miliar itu, para pemain dilatih militer di kamp di Bogor. Namanya latihan tentara, tidak hanya berlatih menembak atau dril fisik tapi juga pola makan militer.
"Gila, di sana gua dilatih kayak tentara beneran, semua status sama, kita sama-sama dibentak, dikasih latihan fisik juga," katanya pekan lalu di Jakarta. "Wah, rasanya kayak di neraka!"
Buat aktor laga, yang memang terbiasa berolahraga berat, push up atau sit up puluhan kali tidak masalah. Namun ia keok juga saat perutnya minta diisi. Persoalannya, jatah makanandalam latihan tentara itu sangat minim. Ia hanya mendapat dua piring. "Makanan dibatesin soalnya harus bagi-bagi sama temen, " ungkap Doni.
Walhasil, pria yang baru saja mengakhiri masa lajang ini putar otak. Ia kerap mendekati penjaga yang super baik untuk sekedar minta sisa makanan."Jam satu malem, gua suka ngendap-ngendap ke pos jaga yang baek, minta sisa
makanan, lumayan kalo ada sisa kacang ijo," ungkapnya sambil tertawa.
Tak hanya itu, ia kerap berjibaku diam-diam mengambil makanan sisa di meja makan tanpa sepengetahuan pelatih. "Kalau setiap habis makan kan mesti ada aba-abanya, mesti rapi, padahal masih lapar," katanya. "Nah, pas gua ngelirik, wah, masih ada tempe, ada buah. Mumpung pelatih meleng, langsung gua umpetin tempe, semangka, rambutan ke kantong."
Kalau sudah begitu Doni dan kawan-kawannya biasa menikmati hasil curian di kamar. "Entar tengah malem laper nih, langsung keluarin deh tempenya," katanya. "Sudah rada aneh kan bentuknya, tapi tetep enak aja gitu makannya."
SARI NASYA