Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

image-gnews
Film Lafran. Facebook
Film Lafran. Facebook
Iklan

TEMPO.CO, JakartaFilm garapan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa islam (KAHMI) bersama Reborn Intiatives yang berjudul Lafran dinilai dapat ditonton hingga 1 juta penonton pada Februari 2024.

Menurut produser Lafran, Deden Ridwan, film ini banyak menceritakan kehidupan Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang semakin meningkatkan semangat keindonesiaan dan keislaman kader serta masyarakat. 

Berdasarkan Antaranews, Lafran akan dibintangi oleh Dimas Anggara, Lala Karmela, Aryo Wahab, Alfie Alfandi, Ratna Riantiarno, Farandika, Nabil Lungguna, dan Mathias Muchus. Film ini juga akan menjadi kado terindah HMI pada peringatan hari terbentuknya organisasi Februari 2024.

Lafran Pane

Pada buku Menyatu dengan Umat, Menyatu dengan Bangsa: Pemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997, Lafran Pane lahir pada 5 Februari 1922 di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Ia lahir dari keluarga penulis dan aktivis. Sang ayah, Sutan Pangurabaan Pane merupakan jurnalis, sastrawan, serta pendiri dan pemimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan. Ayahnya juga menjadi guru sekaligus pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Ia merupakan anak keenam yang memiliki dua kakak, Sanusi Pane dan Armijn Pane, sastrawan termasyhur. 

Satu tahun setelah kelahirannya, pada 12 April 1923, Lafran pernah hidup menggelandang di sepang ruas jalan kota Medan. Sebagai anak dari tokoh Muhammadiyah, ia memulai pendidikan di Pesantren Muhammadiyah Sipirok. Ia menempuh pendidikan formal di tingkat dasar sampai tingkat menengah dengan terputus-putus. Ia sempat menempuh pendidikan kelas tujuh di HIS Muhammadiyah. Meskipun kerap pindah sekolah, tetapi pendidikan agama tak pernah dilupakannya. 

Setelah itu, Lafran Pane diboyong dua kakaknya, Armijn dan Sanusi ke Jakarta. Di sana, ia sempat berkumpul dengan geng remaja Zwarte Bente di kawasan Senen. Saat masih muda, ia juga terlibat dalam penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok bersama pemuda lain untuk mempersiapkan proklamasi Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan uici.ac.id, saat ibukota negara pindah ke Yogyakarta, Lafran juga ikut pindah dan menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Islam (sekarang UII) dan bergabung dalam Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY). Sebelum lulus dari STI, ia berpindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 (sekarang Universitas Gadjah Mada atau UGM). Namun, ketika berdinamika dalam PMY, ia merasa tidak cocok dan mengingat organisasi ini itu tidak memiliki pondasi Islam sehingga memilih keluar. Kala itu, ia sudah dianggap menyatu dengan identitas HMI. 

Lafran pun mulai melakukan konsolidasi pembentukan HMI sejak November 1946. Lalu, pada 5 Februari 1947 menjadi hari pendirian HMI oleh Lafran bersama 14 orang temannya. HMI didirikan dengan landasan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengembangkan ajaran Islam. Selain mendirikan HMI, ia juga sempat menjadi dosen di beberapa universitas di Yogyakarta, seperti dosen Fakultas Sosial dan politik UGM, dosen UII, dan dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kemudian, pada 25 Januari 1991, ia meninggal dunia setelah mengalami stroke.

Pada 9 November 2017, Presiden Jokowi secara resmi memberikan gelar pahlawan nasional terhadap Lafran Pane. Sebab, ia menjadi pahlawan yang mendorong pertumbuhan gerakan pemuda di Indonesia yaitu HMI.  

RACHEL FARAHDIBA R  | ISTMAN MUSAHARUN PRAMADIBA 

Pilihan Editor: Sepeda Onthel Lafran Pane, Kisah Kesederhanaan Pendiri HMI Asal Sipirok

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

1 hari lalu

Pemantauan UTBK SNBT 2024 di UGM Yogyakarta Jumat 3 Mei 2024. Dok.istimewa
Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.


Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).


Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

2 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.


3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

2 hari lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

2 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

2 hari lalu

Aulia Ayub, lulusan termuda dan tercepat Program Spesialis UGM. ugm.ac.id
Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

Aulia Ayub mengungkapkan kiatnya sebagai lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis UGM dengan IPK 4,00.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

2 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.