TEMPO.CO, Bandung - Seniman Satya Cipta memajang lukisan, gambar, patung, dan instalasi, dalam pameran tunggal karyanya di Galeri Lawangwangi Bandung. Berjudul "Dark and Light: Stories of the Archipelago”, pameran itu berlangsung sejak 11 November hingga 6 Desember 2023.
“Setelah melihat hasil akhir karya-karya Satya, kami merasakan kemajuan yang signifikan dalam pemilihan visual dan penggunaan teknik material dalam konteks ekspresi seninya,” kata Andonowati dari ArtSociates yang menyelenggarakan pameran, Sabtu, 11 November 2023.
Satya Cipta merupakan seniman perempuan kelahiran 1988 dari keluarga asal Bali di Lampung. Dia menempuh pendidikan tingginya di jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta lalu menetap di Bali setelah menikah.
Satya Cipta Rasakan Kekayaan Budaya Bali
Di tanah leluhurnya itu dia mulai merasakan kekayaan budaya Bali dengan mitos, tari, dan upacara persembahan yang khas. Ia seringkali mengikuti upacara pemujaan leluhur di berbagai pura. Satya Cipta pun mengalami kehidupan dimensi realitas yang tak terlihat, yang oleh orang Bali disebut sebagai dunia niskala.
Selain memahami gaya lukisan konvensional Bali, dia belajar ke beberapa pelukis seperti di Desa Batuan, dan seniman lokal lainnya. Pada kekaryaan yang ditampilkan pada pameran ini, Satya cenderung menggunakan tinta cina dalam lukisannya. Sosok tubuh perempuan pun menonjol dengan beragam tema serta isu yang melatari kisahnya.
Menurut kurator pameran Jean Couteau, beragam interpretasi bisa muncul dari kekaryaan Satya. Misalnya terkait dengan elemen spiritualitas perempuan, unsur magis, aspek sejarah, cerita, dan makna di balik gambarnya. “Seperti kisah perempuan yang menjadi mangsa atau simbol ketidakberdayaan di tengah alam yang mengintimidasi,” katanya dalam tulisan kuratorial.
Karakter Apa Saja di Pameran Tunggal Satya Cipta
Pada pamerannya di Lawangwangi ini, Satya ikut menghadirkan karakter-karakter yang berasal dari sejarah Nusantara. Misalnya pahlawan dari kerajaan Majapahit, seorang putri dari Bone, serta dari mitos di Toraja. Selama lima tahun terakhir, ia melakukan perjalanan spiritual mengunjungi tempat-tempat sakral di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan Jawa.
Lewat aneka figur dalam lukisannya menurut Couteau, seniman menampilkan dialektika antara sisi yang terang dan gelap. “Karya Satya sebenarnya sangat personal, bukan hanya sekadar pesan nasionalis atau etnis,” kata dia. Satya sebenarnya selalu berbicara tentang dirinya sendiri, tentang kondisi batinnya sebagai seorang perempuan yang terkoyak di antara cahaya dan kegelapan, antara kesucian murni dan kekerasan.
Pilihan Editor: Seniman Rusia Gelar Pameran Tunggal di Galeri Orbital Dago Bandung