TEMPO.CO, Jakarta - Film Orpa ditayangkan serentak di jaringan bioskop XXI di 22 kota di seluruh Indonesia mulai hari ini, Kamis, 7 September 2023. Di Jakarta ada empat bioskop yang menayangkan film ini antara lain di Plaza Senayan XXI, Holywood XXI, Blok M Square XXI dan Cinepolis Semanggi.
Film Orpa berkisah tentang seorang gadis remaja Papua bernama Orpa, yang akan dinikahkan oleh ayahnya dengan orang kaya dari Jayapura. Tak ingin nasibnya berakhir menjadi ibu rumah tangga, Orpa memutuskan untuk melarikan diri pada suatu malam untuk meraih mimpinya bersekolah di kota Wamena.
Dalam perjalanannya ia berpapasan dengan Ryan, seorang calon musisi asal Jakarta dan setuju untuk membawanya ke Wamena. Dalam kebersamaannya persahabatan di antara keduanya semakin terjalin erat. Tetapi perjalanan dua anak muda itu menemui kesulitan saat mereka dikejar oleh ayah Orpa dan warga desa, seraya menyebarkan fitnah menuduh Ryan kabur karena pembunuhan.
Film ini dibintangi oleh anak-anak Papua, yaitu Orsila Murib, Arnold Kobogau, Otiana Murib serta aktor Michael Kho dari Jakarta. Disutradarai oleh Theo Rumansara, sineas asli Papua, yang juga menggarap naskahnya. Sementara para produsernya adalah Axel Putra, Dani Huda, Giovanni Rahmadeva, Cornelio Sunny dan Ismail Basbeth
Yang menarik dari film Orpa tidak hanya soal cerita dan sinematiknya, proses kelahiran film ini juga asyik ditelusuri. Produser Axel Putra bercerita bagaimana awal mula bisa menemukan Theo dan cerita Orpa. Ia menginisiasi sebuah sayembara pencarian bakat filmmaker dari Papua. "Tahun 2020 saya dan tim mencari bakat-bakat perfilman melalui sayembara bernama Jendela Papua. Ada 300 sutradara dengan berbagai cerita menarik yang kami dapatkan. Sampai akhirnya kami ketemu Theo dengan cerita Orpa ini," ujar Axel saat dihubungi, Kamis, 7 September 2023.
Keempat orang pemenang sayembara Jendela Papua mendapatkan pelatihan proses pembuatan film secara intensif di Jakarta. Selama satu minggu mereka digembleng untuk mempersiapkan produksi sebuah film panjang secara kolektif.
Para pemenang sayembara juga dibimbing oleh para sineas profesional untuk mengembangkan ide cerita mereka menjadi naskah skenario film yang siap diproduksi. Para mentor itu di antaranya: Edwin, Garin Nugroho, Ismail Basbeth, dan Ifan Ismail. Dari keempat cerita, naskah milik Theogracia Rumansara akhirnya yang dipilih untuk difilmkan.
Menurut Theo film ini adalah sebuah drama keluarga. Menawarkan kisah dari tanah Papua dengan sudut pandang masyarakat asli yang selama ini tak pernah diungkapkan. "Saya terinspirasi membuat film dengan cerita yang sejujur-jujurnya, bukan khayalan saja. Film ini gambaran realita yang terjadi di keluarga Papua", kata Theo.
Sebelum ditayangkan secara luas di bioskop, film Orpa telah menjelajah ke berbagai festival film di dalam negeri dan mancanegara. Setidaknya tujuh festival film yang diikuti, antara lain Jogja Asian NETPAC meraih Best Performance Indonesian Screen Award dan Balinale International Film Festival meraih AICEF Award (Cross Cultural Filmmaking).
Di luar negeri film Orpa tampil di Cinema Asia Amsterdam, Belanda. Lalu ikut di dua festival film di Rusia antara lain, Zabaikalsky International Film Festival, Chita dan Teens International Film Festival World of Wonders, Kaliningrad. Di benua Amerika Orpa tayang di FICDEH International Film Festival For Human Rights, Kolombia dan Middlebury New Filmmakers Festival di Amerika Serikat.
Pilihan Editor: Uya Kuya Bangga Cinta Kuya Kerja Part Time di Amerika: Anak Artis Harus Mandiri
