TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian BUMN melalui PT Danareksa dan Pemerintah Kota Solo merevitalisasi Lokananta. Revitalisasi ini diharapkan dapat menghidupkan kembali bisnis aset milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) tersebut sekaligus menjadi sentra kreativitas bagi musisi, seniman, dan wadah pelaku UMKM di Kota Solo.
Menteri BUMN, Erick Thohir menegaskan banyak musisi legendaris Indonesia yang memulai karier musiknya dari Lokananta, seperti Waldjinah dan Titiek Puspa. Selain itu, ia juga meminta agar pelestarian budaya melalui keberadaan Studio Lokananta dapat dimaksimalkan. Sebab, Lokananta ini aset BUMN yang bersejarah dan sempat terbengkalai. Lokasi itu juga mempunyai sejarah panjang sebagai cikal bakal musik Indonesia.
Di sisi lain, Direktur Utama Danareksa, Yadi Jaya Ruchandi menyatakan, usai melakukan revitalisasi, pada Mei 2023, Lokananta siap dibuka kembali dengan ditandai oleh Festival Lokananta selama dua hari pada 3-4 Juni 2023.
Profil Lokananta
Berdasarkan Antaranews, Lokananta yang mulai direvitalisasi sejak 27 November 2022 ini berlokasi di Kota Solo dengan luas 2,1 hektare. Lokananta terdiri dari tujuh arena, yaitu Galeri Lokananta, Studio Rekaman Lokananta, Lokananta Live House, Taman Lingkar Lokananta, Panggung Amphitheater Lokananta, Area ritel F&B (food and beverage atau tempat makan dan minum), dan Area ritel kreatif (non F&B). Lokananta merupakan pelopor rumah rekaman di Indonesia, sebelum adanya Warner Music, Sony Music, Musica, atau Jackson Record.
Lokananta didirikan atas inisiatif R. Maladi pada 29 Oktober 1956 dengan nama Perusahaan Piringan Hitam Lokananta sebagai bagian dari Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Lokananta memiliki arti sebagai seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu. Lokananta pernah menjadi salah satu produsen piringan hitam besar di Asia.
Awalnya, kehadiran Lokananta bertujuan untuk menduplikasi bahan siaran dari Radio Republik Indonesia (RRI). Lalu, pada 1961, status perusahaan ini diubah menjadi PN Lokananta dan bidang usaha yang dikembangkannya menjadi label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah, pertunjukan kesenian, serta penerbitan buku dan majalah.
Mengutip p2k.stekom.ac.id, pada 1972, produksi audio Lokananta dialihkan dari piringan hitam ke kaset. Lokananta pernah menjadi Kemudian, pada 1983, Lokananta membentuk unit pengadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Dua tahun kemudian, Menteri Penerangan, Harmoko meresmikan sebuah studio rekaman Lokananta. Studio tersebut menjadi merupakan studio rekaman terbesar di Indonesia sampai saat ini.
Lalu, pada 2004, pemerintah Indonesia menggabungkan Lokananta ke dalam Perum Percetakan Negara RI (PNRI) sehingga menjadi salah satu cabang dari perusahaan tersebut. Sebagai bagian dari PNRI, bisnis Lokananta menjadi lebih beragam, seperti perekaman musik, duplikasi audio (kaset dan CD), penyiaran, percetakan, serta penerbitan.
Pada 21 Februari 2017, Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik. Akibatnya, lagu-lagu yang disimpan Lokananta dapat dinikmati di Langit Musik. Saat ini, sebagian lagu Lokananta juga dapat diakses melalui beberapa platform, antara lain Joox, Spotify, Deezer, dan YouTube.
Saat ini, rumah rekaman pertama di Indonesia, Lokananta siap beroperasi kembali menjadi sentra kreativitas dan komersial para musisi, baik nasional maupun internasional seiring dengan selesainya proses revitalisasi.
Pilihan Editor: Lokananta Solo Resmi Dibuka Erick Thohir, Mengaku Hatinya Bergetar Ada Koneksi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.