Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

4 Tokoh Teater Indonesia, W.S. Rendra Hingga Putu Wijaya

Reporter

image-gnews
Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo
Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sudah 60 tahun lamanya, Hari Teater Sedunia di peringati, salah satu tujuannya adalah untuk membawa pesan perdamaian di dunia. Peringatan ini dibuat oleh Institut Teater Internasional atau ITI dan berbagai komunitas teater di Paris, Prancis.

Adapun tujuan lain diadakan Hari Teater Sedunia dari peringatan ini adalah untuk membantu berbagai komunitas dan membuat komunitas teater di penjuru dunia. Dengan hal ini akan banyak melahirkan seniman-seniman teater didunia yang hadir.

Banyak seniman teater dunia yang hadir sejak hadirnya seni ini di dunia, seperti Jean Baptiste Poquelin atau Molière, Jean Paul Satre, William Shakespare, Bernard Shaw, Edmond Rostan, dan masih banyak seniman lainnya. Untuk di Indonesia sendiri juga banyak seniman-seniman teater yang bermunculan mulai dari Rustam Effendi hingga Putu Wijaya.

Rustam Effendi
Rustam merupakan seniman yang lahir di Padang, Sumatera Barat pada 13 Mei 1903. Darah seni Rustam sudah mengalir dari ayahnya, Sulaiman Effendi yang merupakan seorang fotografer. Sejak kecil Rustam sudah tertarik dengan hal yang memiliki unsur kebudayaan dan ia pernah bercita-cita untuk memperbaharui dunia sandiwara.

Rustam masuk dalam kumpulan Pujanggara Baru (1920-an hingga 1930-an). Ia juga menjadi tokoh pertama di Indonesia yang membuat naskah drama menggunakan Bahasa Indonesia dan menggunakan metode dialog antar tokoh dalam tulisannya. Karya yang ia tulis adalah Bebasari atau yang diartikan sebagai kebebsan yang sesungguhnya. Karya ini ditulis Rustam pada 1926.

Arfin C. Noer
Pria yang lahir di Jawa Barat, 10 Maret 1941 lalu ini memiliki nama lengkap Arifin Charin Noer. Arifin dikenal sebagai penulis naskah dan sutradara teater atau film yang ulung. Bakat menulisnya sudah ada sejak ia duduk dibangku SMP, dengan mengirim cerita pendek dan puisi ke berbagai majalah. Tak hanya itu Arifin juga memulai karir teaternya di Lingkaran Drama Rendra, dan di tempat ini Arifin menemukan karakternya.

Karakter teater Arifin terkenal dengan sebutan Teater Kecil, hal ini seiring dnegan gaya pementasan kaya irama dari musik, blocking, vokal, tata cahaya, kostum, dan verbalisme naskah. Adapun karya-karya Arifin ialah Nenek Tercinta (1966), Matahari di Sebuah Jalan Kecil (1966), Mega-Mega (1966), Sepasang Pengantin (1968), Kapai-Kapai (1970), Sumur Tanpa Dasar (1971), dan masih banyak karya-karya hebat dari Arifin C. Noer.

Baca: Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

W.S. Rendra
Willibordus Surendra Broto Rendra atau yang akrab disapa Rendra lahir di Surakarta pada 7 November 1935. Rendra sudah piawai menulis cerita pendek, puisi, dan drama ketika masih duduk di bangku SMP. Ia juga sudah piawai di atas panggung drama.

Rendra yang juga terkenal dengan puisi-puisinya, mulai memplubikasikannya di media-media massa pada tahun 1952 di Majalah Siasat. Rendra juga membentuk Bengkel Teater pada 1967 di Yogyakarta dan melahirkan banyak seniman-seniman hebat di dalamnya. Bengkel Teater sempat kocar-kacir akibat tekanan politik di Indonesia, dan akhirnya ia memindahkannya di Depok, Oktober 1985.

Adapun karya-karya Rendra adalah Mastodon dan Burung Kondor, Selamatan Anak Cucu Sulaiman, Orang-Orang di Tikungan Jalan, Lingkaran Kapur Putih, Penambahan Reso, dan beberapa kali menerjamhkan karya-karya dari William Shakespare.

Putu Wijaya
Putu lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 dengan nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Selain sebagai penulis Putu juga dikenal sebagai pelukis. Karya pertama Putu berjudul Etsa, sebuah cerita pendek yang ia tulis ketika duduk bangku SMP dan dimuat dalam Harian Suluh Indonesia, Bali.

Putu Wijaya pertama kali tampil di sebuah teater drama yang ia buat sendiri ketika duduk di bangku SMA bersama kelompok-kelompok teater yang ada di Yogyakarta. Putu juga alumni dari Bengkel Teater yang dibuat oleh W.S Rendra. Karya-karya drama dari Putu ialah, Dalam Cahaya Bulan (1966), Lautan Bernyanyi (1967), Bila Malam Bertambah Malam (1970), Invalid (1974), Tak Sampai Tiga Bulan (1974), Anu (1974), Aduh (1975), Dag-Dig-Dug (1976), Gerr (1986), Edan (1988), Hum-Pim-Pah (1992).

GERIN RIO PRANATA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

10 menit lalu

Wisatawan mancanegara menikmati keindahan pura saat mengunjungi objek wisata Pura Taman Ayun, Badung, Bali, Senin, 18 Maret 2024. Pulau Bali kembali dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia dengan memperoleh predikat The Best Island dalam DestinAsian Readers' Choice Awards. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

Bus study tour yang tertimpa tiang listrik itu diganti dengan unit baru yang unitnya didatangkan dari Jember Jawa Timur.


Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

1 hari lalu

Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul meneken kerjasama kelola sampah bersama di hadapan Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kepatihan Jumat, 17 Mei 2024. Dok.istimewa
Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

Persoalan sampah di Yogyakarta seolah tak kunjung usai penutupan permanen Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan awal Mei 2024 lalu.


Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

2 hari lalu

Petugas pantai di Gunungkidul mengobati wisatawan tersengat ubur-ubur. Dok.istimewa
Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

Puluhan orang tersengat ubur-ubur. Sebelumnya akhir April, sejumlah wisatawan dilaporkan tersengat ubur ubur saat bermain di Pantai Krakal Gunungkidul


Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

2 hari lalu

Salah satu varietas anggrek yang akan dipamerkan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT)  UGM pada Festival Anggrek Sabtu 18 Mei 2024 di Sleman. Dok.istimewa
Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.


Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

2 hari lalu

Sisi selatan Benteng Vredeburg Yogyakarta yang hampir rampung direvitalisasi pada Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

Indonesian Heritage Agency (IHA) yang bertugas menangani pengelolaan museum dan cagar budaya nasional sejak September 2023.


Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

2 hari lalu

Seri prangko Buk Renteng diluncurkan di Sleman Yogyakarta Kamis (16/5). Dok. Istimewa
Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah itu dibangun pada masa Hindia Belanda 1909. Kini jadi prangko.


Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

3 hari lalu

Proses pemilahan sampah di TPS 3R Nitikan Kota Yogyakarta. Dok.istimewa
Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

Sampah yang masuk ke TPS 3R Nitikan Yogyakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).


Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

4 hari lalu

Mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto, seusai menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Eko akan disidang dalam perkara dugaan penerimaan gratifikasi sejumlah Rp.18 miliar di Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan RI.TEMPO/Imam Sukamto
Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

Ini daftar aset eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto yang masuk dalam radar dakwaan KPK.


Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

4 hari lalu

Petugas pantai di Gunungkidul mengobati wisatawan tersengat ubur-ubur. Dok.istimewa
Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

Kemunculan ubur-ubur biasanya terjadi saat puncak kemarau atau saat udara laut dingin pada Juli hingga September.


Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

5 hari lalu

Pekerja menurunkan sampah dari truk pengangkut di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sementara Tamanmartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin, 7 Agustus 2023. Pemerintah Kabupaten Sleman mengoperasikan TPS Sementara Kalasan selama 45 hari untuk mengatasi permasalahan sampah terkait penutupan TPST Piyungan yang ditutup karena sudah melebihi kapasitas. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

Walhi menyoroti kebijakan layanan persampahan dari Pemerintah Kabupaten Sleman yang tak lagi melakukan layanan angkut sampah organik untuk masyarakat.