TEMPO Interaktif, Jakarta: Penulis Dewi Lestari beroleh pengalaman ganda kala melansir Rectoverso. Inilah karya terbarunya yang dikemas menjadi buku dan album berisi 12 lagu. Proses albumnya digarap secara live. Konsep latihan bersama ternyata menghemat biaya.
Dewi Lestari, yang akrab disapa Dee, mesti melakukan persiapan dengan latihan bersama para personel orkestra dari Magenta. Hal itu membuatnya bisa mengenal detail tiap lagu dengan instrumennya.
Latihan sepekan di sebuah auditorium di kawasan Nyi Ageng Serang, Jakarta Selatan, itu adalah persiapan rekaman. "Saya kaget, kirain latihan di tempat biasa, kok auditorium," tuturnya pada Selasa lalu di Restoran Poste, The East, Kuningan, Jakarta Selatan.
Namun, konsep latihan ini terbukti menghemat biaya produksi. Cara ini ditempuh lantaran sang produser, Tommy P. Utomo, yang biasa menjadi sound engineer Aquarius, meyakinkannya akan menjadi sesuatu yang luar biasa bila lagu-lagu itu direkam dengan cara live. Hasilnya, "Nggak pakai lama. Ya, cuma sehari rekamannya."
Dengan proses itu, suara instrumen dan vokalis langsung terdengar menyatu. "Kalau nggak latihan, biayanya bisa berlipat-lipat," ujar Dee. Apalagi, kata dia, "Industri musik Indonesia lagi begini (tidak kondusif)." Soal berapa penghematannya, Dewi cuma bilang, "Wah, saya kurang tahu. Tapi kalau itu ditawarkan ke produser saat ini, pasti akan pikir-pikir dulu."
Album yang berisi 12 cerita itu sudah diciptakannya sejak dua tahun lalu dengan Hanya Isyarat sebagai lagu perdana. "Saya kumpulkan, berdasarkan pengalaman sendiri dan orang lain," katanya.
Semua lagu di album ini bertema persahabatan yang diisi dengan cinta terpendam. Tanpa sang sahabat tahu satu sama lain, ada rasa di antara keduanya. "Bukankah kita juga mengalami hal-hal seperti itu?" ia memungkasi.
Yophiandi