Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eka Kurniawan: Novel Saya Anti-Tesis Heroisme

image-gnews
Penulis novel Eka Kurniawan berbagi cerita tentang proses kreatifnya dalam berkarya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dipandu Mahfud Ikhwan Selasa 10 April 2018. Acara digelar Forum Umar Kayam di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri. TEMPO/ Shinta Maharani
Penulis novel Eka Kurniawan berbagi cerita tentang proses kreatifnya dalam berkarya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dipandu Mahfud Ikhwan Selasa 10 April 2018. Acara digelar Forum Umar Kayam di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri. TEMPO/ Shinta Maharani
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -Penulis novel Eka Kurniawan berbagi cerita tentang proses kreatifnya dalam berkarya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ia menekankan novel-novelnya menjadi antitesis atau berlawanan dengan heroisme atau kepahlawanan. “Tokoh-tokoh di novel saya tidak semua muncul sebagai hero. Kebanyakan berjuang untuk diri sendiri,” kata Eka Kurniawan di hadapan peserta Forum Umar Kayam Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri UGM, Selasa, 10 April 2018.

Baca: Eka Kurniawan Akan Ajari Kreatif Menulis di Tempo Media Week 2017

Peraih nominasi The Man Booker International Prize, penghargaan tahunan bergengsi untuk para penulis dunia itu menggambarkan proses kreatifnya dengan melihat gambaran tentang keindonesiaan. Ia menampilkan gambar-gambar yang bicara tentang keindonesiaan. Misalnya poster bergambar foto-foto pahlawan nasional Indonesia, di antaranya Agus Salim, Antasari, Bung Tomo, Sudirman, Soekarno, Mohammad Hatta, Nyut Nyak Dien, dan Kartini.

Dia juga menyajikan karya sastra klasik Mahabharata yang bicara tentang perebutan tahta Pandawa dan Kurawa. Juga gambar-gambar tokoh pewayangan Arjuna dan Bisma. Gambar-gambar itu, kata Eka bicara tentang pertarungan elit atau perebutan kekuasaan.

Eka juga menyajikan gambar novel horor karya Abdullah Harahap, karya La Rose, cerita silat S.H Mintardja. Roman dan cerita-cerita silat itu menjelaskan bagaimana budaya pop berkembang di Indonesia. Eka tumbuh bersama karya sastra tersebut. Ada pula novel-novel karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Keindonesiaan lewat gambar-gambar itu dia adopsi dengan sudut pandang yang berbeda dalam novel-novelnya. Ia membuat semacam bagan dengan garis dan lingkaran sebagai peta untuk membuat novelnya. Eka memilih menggunakan perspektif orang-orang biasa atau rakyat jelata sebagai pusat cerita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari tokoh pewayangan ia memperoleh gambaran tentang karakter di luar arus utama yang menarik, misalnya Semar. “Wayang memberi sudut pandang kehidupan yang berwarna. Tak hanya bicara tokoh-tokoh berwajah bagus, tapi buruk rupa misalnya,” kata Eka.

Selama ini sejumlah kalangan kerap menyebut Eka sebagai penerus Pramoedya Ananta Toer. Karya-karya Eka juga seringkali disebut mengadopsi gaya realisme magis, membaurkan fiksi dan realitas karya peraih Nobel Sastra asal Kolombia, Amerika Latin, Gabriel Garcia Marquez. Novelnya berjudul Cantik Itu Luka yang telah diterjemahkan dalam banyak bahasa telah menembus sastra dunia.

Eka menyebut perkenalanannya dengan karya sastra Amerika Latin berangkat dari cara dia melihat kondisi sosial politik Indonesia yang mirip dengan negara-negara di Amerika Latin di tahun 1990-an.

Indonesia dan negara-negara Amerika Latin misalnya sama-sama pernah dipimpin diktator dengan masa kepemimpinan yang panjang. Persamaan lainnya adalah negara-negara pasca-kolonial dan agamis. Indonesia yang mayoritas Islam kuat dengan pengaruh kiainya dan Amerika Latin mayoritas katolik yang kuat dengan pengaruh pastur. ‘Saya meminjam pisau bedah mereka untuk melihat konteks sosial politik masyarakat Indonesia,” kata Eka.

Manajer PKKH UGM, Hamada Adzani, mengatakan Eka Kurniawan menjadi representasi sastra Indonesia dan diperbincangkan di kalangan internasional. “Ia novelis yang punya sumbangsih penting bagi perkembangan sastra. Karyanya banyak dibaca dan diapresiasi,” kata Hamada.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pesta Literasi Indonesia Dibuka, Pegiat Literasi Bicara Soal Pentingnya Membaca dan Menulis

2 September 2023

Najwa Shihab bersama Eka Kurniawan dan Maria Pankratia dalam sesi talkshow Pesta Literasi Indonesia bertajuk
Pesta Literasi Indonesia Dibuka, Pegiat Literasi Bicara Soal Pentingnya Membaca dan Menulis

Najwa Shihab hingga Eka Kurniawan membuka Pesta Literasi Indonesia dengan menceritakan kebiasaan membaca dan menulisnya sehari-hari.


Penulis Novel Harapan dari Tempat Paling Jauh, Inggrid Sonya akan Ramaikan Pesta Literasi Indonesia

29 Agustus 2023

Penulis novel Harapan dari Tempat Paling Jauh, Inggrid Sonya dalam konferensi pers Pesta Literasi Indonesia di gedung Kompas Gramedia, Palmerah pada Selasa, 29 Agustus 2023. Dok. Gramedia Pustaka Utama
Penulis Novel Harapan dari Tempat Paling Jauh, Inggrid Sonya akan Ramaikan Pesta Literasi Indonesia

Novelis Inggrid Sonya akan membagikan pengalamannya dari perspektif anak muda dalam gelaran Pesta Literasi Indonesia.


Ahmad Fuadi hingga Eka Kurniawan Bertemu dalam Perpusnas Writers Festival 2022

17 November 2022

Perpusnas kembali menggelar Perpusnas Writers Festival (PWF) selama lima hari mulai 16 November-22 November 2022. Gelaran tahunan ini mengangkat tema
Ahmad Fuadi hingga Eka Kurniawan Bertemu dalam Perpusnas Writers Festival 2022

Perpustakaan Nasional menggelar Perpusnas Writers Festival 2022 di Teater Perpustakaan Nasional dan dihadiri oleh sejumlah penulis kondang, seperti Ahmad Fuadi dan Eka Kurniawan.


Hanya Lihat Judul dan Trailer, Netizen Malaysia Tuding Eka Kurniawan Defensif

2 November 2021

Poster film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Foto: Palari Films.
Hanya Lihat Judul dan Trailer, Netizen Malaysia Tuding Eka Kurniawan Defensif

Alih-alih setuju, The Witch justru menyebut Eka Kurniawan melakukan pembelaan berlebihan dan defensif terhadap pemahaman dendam dan rindu.


Reza Rahadian: Harus Nonton Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

4 September 2021

Kru yang terlibat di film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas di Festival Film Locarno dan memenangkan grand prize Golden Leopard. Foto: Instagram Palari Film.
Reza Rahadian: Harus Nonton Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas meraih hadiah utama Golden Leopard di Locarno International Film Festival 2021.


Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan Pemerintah, Apa Kata Juri

10 Oktober 2019

Eka Kurniawan. Facebook/@Eka Kurniawan
Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan Pemerintah, Apa Kata Juri

Eka Kurniawan tak akan datang di acara penyerahan penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 malam nanti.


Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan Pemerintah, Ini Alasannya

10 Oktober 2019

Eka Kurniawan. Facebook/@Eka Kurniawan
Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan Pemerintah, Ini Alasannya

Sastrawan Eka Kurniawan menyatakan menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 untuk kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaru.


Eka Kurniawan Raih Penghargaan Prince Claus Awards 2018

10 Desember 2018

Eka Kurniawan Meraih Penghargaan Prince Claus Awards 2018 (Pontas Agency)
Eka Kurniawan Raih Penghargaan Prince Claus Awards 2018

Penulis Eka Kurniawan meraih penghargaan Prince Claus Awards 2018 kategori Sastra/Literatur, pada Kamis malam, 6 Desember di Belanda


Eka Kurniawan Raih Penghargaan Prince Claus Awards 2018

7 Desember 2018

Penulis Eka Kurniawan meraih penghargaan Prince Claus Awards 2018 kategori Sastra/Literatur, Kamis (6/12), di Belanda. (HO/Gramedia/Pontas Agency)
Eka Kurniawan Raih Penghargaan Prince Claus Awards 2018

Penulis Eka Kurniawan meraih penghargaan Prince Claus Awards 2018 kategori Sastra/Literatur.


Sutradara Edwin Akan Filmkan Buku Eka Kurniawan

19 November 2017

Edwin, Sutradara Terbaik FFI 2017/AISHA S
Sutradara Edwin Akan Filmkan Buku Eka Kurniawan

Setelah menggarap film Posesif, sutradara Edwin akan berkolaborasi dengan penulis Eka Kurniawan, memfilmkan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas.