Pelawak Djudjuk Djuariah, di Solo, Jawa Tengah, 1992. Srimulat berdiri pada 30 Agustus 1951, oleh Raden Ayu Srimulat, isteri pertama Teguh Slamet Rahardjo dengan nama Gema Malam Srimulat, yang berawal dari seni pentas keliling. Setelah RA. Srimulat wafat, Teguh Rahardjo tetap melanjutkan Srimulat dan Djudjuk ikut bergabung. Dok TEMPO/Kastoyo Ramelan
TEMPO.CO, Surakarta - Selama hidupnya, komedian Djudjuk Djuwariyah lebih banyak menghabiskan waktunya di Solo. Padahal, banyak personel Srimulat lain yang meraih sukses di Jakarta. Ternyata wanita tersebut tidak betah tinggal di Ibu Kota.
"Pernah empat tahun hidup di Jakarta," kata Djudjuk Djuwariyah dalam wawancara dengan Tempo, enam tahun silam. Dia hijrah ke kota tersebut pada 1980-an.
Saat itu Jakarta belum seramai saat ini. Toh, istri mendiang Teguh Slamet Rahardjo alias Kho Tjien Tiong itu tetap saja tidak betah. Dia akhirnya memilih pulang dan tetap tinggal di Solo.
Padahal, Jakarta menjanjikan karier panggung yang jauh lebih menarik. Djudjuk memilih berada di Jakarta hanya pada saat ada job manggung. Selain itu, dia juga akan berangkat ke Jakarta untuk mengurus kontrak-kontrak Srimulat di stasiun televisi.
Di antara ratusan kru dan pelawak anggota Srimulat, banyak yang meraih kesuksesan lantaran berani berspekulasi dengan tinggal di Ibu Kota. Antara lain Asmuni dan Basuki. Adapun pelawak Srimulat yang masih berkibar di Ibu Kota adalah Nunung dan Tukul Arwana.
Pelawak Srimulat, Djudjuk Djuwariyah, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito Yogyakarta, Jumat, 5 Februari 2015 pukul 15.22 WIB. Sebelumnya, ia dirawat di rumah sakit itu sejak 2 Februari 2015.