Sebuah adegan pementasan teater kontemporer berjudul Margin, dimainkan grup STSI Bandung dan disutradarai Rahman Sabur pada acara Art Summit Indonesia 2013, Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta (17/10). ANTARA/Dodo Karundeng
TEMPO.CO, Solo - Pertemuan enam perguruan tinggi seni dan sejumlah komunitas seni dalam Art Summit Indonesia 2013 akan ditutup di Surakarta pertengahan pekan depan. Acara berskala internasional itu telah dimulai sejak dua pekan lalu di Denpasar.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Sri Rochana Widyastutieningrum mengatakan kegiatan itu digelar di sejumlah perguruan tinggi seni sekaligus. "ISI Surakarta dipercaya menjadi penyelenggara upacara penutupan," katanya saat ditemui, Sabtu 19 Oktober 2013.
Art Summit Indonesia pertama kali digelar pada 1995. Kegiatan yang digelar untuk ke tujuh kalinya itu diikuti enam perguruan tinggi seni, enam komunitas seni dalam negeri dan enam kelompok dari luar negeri. "Kegiatan terdiri dari workshop, seminar dan pertunjukan seni," katanya.
Sebelum penutupan, mereka juga akan menggelar serangkaian workshop, termasuk di kampus ISI Surakarta. Workshop tari dan musik kontemporer itu akan dibawakan oleh dua seniman dari luar negeri, Paula Jeanine Bennet dari Amerika dan Arco Renz dari Jerman.
Menurut Rochana, pada upacara penutupan mereka juga akan mementaskan pertunjukan spesial. "Kami akan mementaskan sebuah karya tari Ramayana," katanya. Karya tersebut akan digarap oleh salah satu seniman asal ISI Surakarta dalam bentuk kontemporer.
Koreografer pementasan, Nuryanto mengatakan mereka akan menyajikan tari Ramayana dalam bentuk yang berbeda. "Musiknya juga menggunakan sentuhan kontemporer, termasuk memasukkan unsur hip hop," katanya.
Dalam karya tersebut Nuryanto justru ingin menunjukan beberapa sifat buruk dari Rama yang selama ini jarang diketahui oleh masyarakat. "Dia merupakan tokoh yang memiliki karakter egois," katanya. Dalam cerita Rama Tambak, misalnya, Rama mengeringkan laut dengan kesaktiannya saat hendak merebut Shinta.