TEMPO.CO , Bandung: Perempuan buruk rupa berselendang hijau menghentikan perjalanannya di sebuah Samudra. Ia tertegun mendengar bisikan gaib yang memerintahkannya menceburkan diri ke dasar Samudra. Tubuh perempuan itu meluncur deras ke dasar Samudra, seketika wajahnya kembali cantik. Ia lebih molek dari sebelumnya.
Penggalan adegan itu merupakan bagian dari teater musikal dengan lakon ‘Dewi Kandita yang digelar Balai Pengelolaan Jawa Barat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Teater yang digarap grup seni Anka Adika Production ini merupakan bagian dari aktivasi Taman Budaya Jawa Barat dan apresiasi seni pelajar. Sebanyak 67 pelajar dan mahasiswa se-Bandung Raya ikut andil di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Bandung, Jumat, 5 Juli 2013, malam.
Para pelajar dan mahasiswa Bandung memainkan ‘Dewi Kadita’ secara komunikatif dan atraktif di atas panggung terbuka. Mitos dan cerita Dewi Kandita masih melekat di ingatan masyarakat Jawa Barat. Sebagian bahkan mempercayai cerita itu benar. Legenda rakyat Ratu Pantai Selatan umumnya lebih terkenal karena mistisnya. Namun, gelak tawa para penonton dan celetukan khas Sunda dan lawakan modern mengubah pandangan itu. Para pemeran mengemas ceritanya secara segar lakon berdurasi sekitar lebih dari 90 menit ini.
“Cerita rakyat ini dari awal hingga akhir dikemas secara segar dan humoris untuk mencairkan suasana supaya penonton terhibur dan lebih mudah mencerna ceritanya,” kata sutradara Anka Adika Production, Anton Yustian JR pada Tempo di Bandung, Jumat, 5 Juli 2013.
Beberapa adegan mengkolaborasi lipsing dialog wayang, kutipan iklan, karakter tokoh kartun. Dialognya memang kental dengan sentilan humor ala pertunjukkan longser gaul yang mengundang gelak tawa. Improvisasi adegan terkadang membuat penonton tertegun. Mereka kaget dan kembali terbahak-bahak. Sepanjang lakon, kesan serius dari cerita rakyat ini sirna.
Adegannya dinamis dan modern yang diperkaya instrumen musik. Penonton segala usia menjadi bisa mencerna alur ceritanya. Menurut penulis naskah ‘Dewi Kadita’ Yusef Muldiyana, warga Jawa Barat perlu hiburan atau pertunjukkan seni yang menampilkan cerita rakyatnya. “Legenda rakyat Jawa Barat itu banyak dan banyak cara mengemasnya menjadi sebuah pertunjukkan seni,” kata dia. “Bisa digarap menjadi serius atau humoris, itu bagus supaya masyarakat tahu tentang cerita rakyat.”
Tata panggung berlatar kerajaan Padjajaran. Megah di sorot cahaya lampu warna-warni. Cuaca sangat dingin Kota Bandung tak mempengaruhi gerak dan nyanyian merdu para pemain.
Sorotan lampu ke latar panggung di awal adegan mengejutkan penonton. Gerombolan warga muncul ke arena panggung. Mereka yang mengenakan pakaian tradisional itu kompak menghentakan kaki ke lantai dan meliuk-liukkan tangannya mengikuti alunan musik.
Sambil menyanyi diiringi live musik, para pemain menampilkan gesture lucu pada setiap gerakannya. Tiba-tiba lelaki berikat kepala batik datang terburu-buru. “Kasihan, Ratu meninggal dan Putri lahir ditinggal Ibunya,” ujar lelaki itu terangah-engah.
‘Dewi Kandita’ mengisahkan kelahiran putri dari Raja Darma Wijaya Kusuma, seorang Raja Pajajaran ke-IV yang kemudian diberi nama Dewi Kadita. Ibunya meninggal kala melahirkannya. Sang Raja kemudian menikahi Dewi Mutiasari. Lahirlah anak laki-laki bernama Jaya Santang.
Dewi Mutiasari berambisi menjadikan Jaya Santang sebagai raja. Untuk itu, dia menguna-guna Dewi Kandita menjadi buruk rupa dan bau. Anak tirinya itupun diusir dari kerajaan dan mengambara ke alam liar. Dalam perjalanannya Dewi Kandita menemukan sebuah Samudra. Di situlah dia menerima bisikan. Dia pun menjadi Ratu Pantai Selatan.
RISANTI
Berita terkait
Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater
4 hari lalu
Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya
Baca SelengkapnyaSehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus
16 Oktober 2023
Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaMinat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan
4 September 2023
Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMarcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film
30 Agustus 2023
Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal
Baca SelengkapnyaFestival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan
4 Oktober 2022
Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan
18 Juni 2022
Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNgabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu
15 April 2022
Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.
Baca SelengkapnyaHari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak
27 Maret 2021
27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.
Baca Selengkapnya27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia
27 Maret 2021
Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.
Baca SelengkapnyaFestival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring
18 Maret 2021
Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.
Baca Selengkapnya