Gaya Lukisan Affandi Masih Dipertanyakan

Reporter

Editor

Selasa, 10 Juli 2012 08:04 WIB

Puteri maestro lukis Affandi, Kartika Affandi (kiri), dan Menteri Koordinator Perekonomian RI, Hatta Rajasa (dua kiri) saat melihat galeri lukis milik Affandi pada acara memperingati 100 tahun Affandi di Yogyakarta, (8/7). ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gaya lukisan maestro pelukis Indonesia, Affandi Koesoema, yang akrab disapa Affandi, hingga saat ini dipertanyakan. Padahal pelukis kelahiran 1907 itu telah meninggal pada 1990. Hal itu terungkap dalam diskusi buku The Stories of Affandi di Museum Affandi, Senin, 9 Juli 2012.

Ada yang menyebut lukisan Affandi bergaya surealis, realis, dan ekspresionis. "Meski banyak yang bilang karya Affandi bergaya surealis, sebenarnya Affandi ingin dilihat sebagai seorang realis," kata Pembantu Rektor II Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, M. Agus Burhan, Senin.

Menurut Agus, perjalanan seni lukis Affandi dapat dilihat lewat beberapa tahapan. Tahap pertama merupakan masa pencarian yang ditandai dengan memperdalam realisme. Meski awalnya sempat mendua dengan gaya realis dan ekspresionis, Affandi mulai cenderung bergaya ekspresionis, seperti pada karya lukisan berjudul “Iboekoe” (1943), “Karosel” (1943), “Kamarkoe” (1943), “Burung Mati di Tangankoe” (1945), serta “Laskar Rakyat Mengatur Strategi” (1946). Karya sketsa dan lukisan hitam-putihnya juga menunjukkan arah yang kuat pada gaya ekspresionisme.

Gaya lukisan Affandi, kata Agus, makin matang setelah belajar di Shantiniketan dan pameran keliling India dan Eropa pada 1949-1955. Kematangan itu ditandai dengan keliaran Affandi memakai teknik pelototan dari tube cat minyak dan basuhan tangan langsung pada kanvas. "Teknik itu menjadi kekhasan Affandi," ujarnya. Karena itu pula, banyak orang terkecoh dengan menyebut lukisan Affandi yang tak memakai teknik pelototan bukan karya Affandi.

Kolektor lukisan, Oei Hong Djien, pun menegaskan bahwa segala teknik yang dilakukan Affandi tidak ditemukan di bangku akademik. "Affandi itu seorang otodidak. Lukisannya penuh kadar emosi," kata Oei.

Ketua Jurusan Ilmu Religi dan Budaya Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, St. Sunardi, menambahkan, membaca karya lukisan Affandi tak membuat kening berkerut. Meski tema karyanya berat, "Justru melihat karya Affandi membuat kami serius untuk menertawakan diri sendiri. Itu hebatnya Affandi," kata Sunardi.

Buku itu berisi kumpulan tulisan dari 15 penulis yang mempunyai kedekatan emosional dengan Affandi, termasuk Sumardjono, sopir pribadi Affandi. Peluncurannya dilakukan pada Ahad pekan lalu oleh Menteri Perekonomian Hatta Rajasa. "Ini adalah buku pertama yang menulis soal Affandi dari sisi kekeluargaan, bukan hanya karyanya," kata cucu Affandi, Helfi Dirix.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita lain:

Kenapa Angka 7 Begitu Istimewa untuk Regina Idol

Ledekan ala Tompi dan Glenn di Jazz Gunung

Trio Macan Sebarkan ''Iwak Peyek'' di Malaysia






Advertising
Advertising

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya