Garin Nugroho (kanan), dan para atis pendukung Hengky soelaiman (dua kiri), Olga Lidya (tiga kiri), Anisa (tengah) dan Andrea Refa (tiga kanan), Butet Kertaredjasa (dua kanan), Nirwan (bawah). ANTARA/Regina Safri
TEMPO.CO, Jakarta - Film terbaru Garin Nugroho telah selesai diproduksi. Dan kali ini Garin tidak muncul dengan karya sastra yang sulit dicerna penonton, melainkan film tentang Uskup Mgr. Albertus Soegijapranata pada masa Perang Pasifik. Untuk mendapat gambaran kejadian yang sesuai dengan tahun 1940-1949, Garin pun mengimpor pemain asing.
"Saya sengaja mendatangkan langsung pemain dari Belanda, Jepang, dan Cina," kata Garin dalam diskusi film Soegijapranata, Kamis, 26 April 2012.
Kata Garin, untuk peran penjajah Belanda, Jepang, dan Cina, memang harus dilakoni pemain dari maing-masing negara itu. Alasannya, pemain Belanda, Jepang, dan Cina memiliki pengetahuan akan kultur negaranya. Jadi gerak tubuh, mimik wajah, dan logatnya tidak dibuat-buat.
"Kalau pakai pemain asal Belanda, dialognya tidak 'koe olang' lagi," guyon Garin.
Meski menggunakan jasa orang asing, Garin tidak berniat menaturalisasikan mereka. Sebab dia melihat banyak pemain bola yang dinaturalisasi, tapi malah tidak membanggakan Indonesia.
Garin menggarap Soegijapranata selama 28 hari. Film ini bercerita tentang perjuangan Soegijapranata melawan penjajah waktu Perang Pasifik 1940-1949 melalui artikel yang dikirimnya ke media asing. Berjuang secara silent diplomacy. Kata Garin, pemutaran Soegija dimulai pada 7 Juni 2012.
"Soegija film hiburan yang bisa ditonton anak-anak kelas 5 SD sampai nenek-kakek," ujarnya.
