Provokasi Jumaldi Alfi  

Reporter

Editor

Kamis, 16 September 2010 09:05 WIB

"Life/Art #101 : Never Ending Lesson" karya Jumaldi Alfi. Foto:TEMPO/HERU CN
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Apa yang dilakukan perupa Jumaldi Alfi, 37 tahun, ketika sedang menyindir dan memprovokasi jagat seni rupa kontemporer saat ini? Anggota Kelompok Jendela, Yogyakarta, ini justru mengutip pernyataan para perupa kontemporer kelas dunia dan kemudian memplesetkannya.

Di atas kanvas ukuran 215 X 315 sentimeter, Alfi melukiskan citraan papan tulis. Ia juga melukis citraan potongan-potongan lakban berwarna krem hingga membentuk kata LIE dengan huruf kapital di atas “papan tulis palsu”-nya itu. Sederet teks bahasa Inggris ia tambahkan, antara lain, “I think it’s not art, it’s about life”. Kalimat itu dilukis sedemikian rupa sehingga terkesan seperti tulisan dari kapur putih yang ditorehkan di atas papan tulis hitam.

Kalimat berbahasa Inggris itu tak lain adalah pernyataan perupa kontemporer dunia, Jean-Michel Basquiat. Meski disadur lengkap, Jumaldi sengaja mengaburkan huruf F pada kata LIFE sehingga maknanya menjadi melenceng jauh dari aslinya.

Advertising
Advertising

Bermain-main dengan kalimat perupa tenar, Jumaldi bermaksud mengoreksi, menyindir, dan bahkan memprovokasi terhadap dunia seni rupa kontemporer saat ini. “Banyak orang yang lebih suka bicara soal harga daripada bicara soal konsep dan ide,” katanya.

Alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1999 tak hanya membuat satu lukisan tentang papan tulis. Ia bahkan mengusung sembilan lukisan yang mencitrakan papan tulis pada pameran tunggalnya yang bertajuk Life/Art #101: Never Ending Lesson di Sangkring Art Space, Yogyakarta, sepanjang 1-17 September ini.

Dari sembilan lukisan papan tulis (blackboard series) karya Afli, delapan di antaranya mengeksploitasi pernyataan-pernyataan perupa kontemporer kelas dunia. Selain Jean-Michel Basquiat, juga Joseph Beuys, Martin Kippenberger, Ed Ruscha, hingga lagu Pink Floyd. Semuanya diperlakukan dengan cara plesetan.

Ada satu karya yang menampilkan kata dalam bahasa Indonesia. Alfi menorehkan kata “lupa” di atas papan tulis palsunya. Hanya kata itu. Selebihnya adalah bidang kosong. “Sebenarnya tidak benar-benar kosong. Papan tulis itu sebenarnya dipenuhi oleh kalimat-kalimat, namun sudah dihapus,” ujarnya.

Karya berjudul Lupa ini tidak berdiri sendiri. Karya ini berkait dengan sebuah almari kaca yang diletakkan di dekat lukisan tersebut. Almari itu berisi sejumlah tengkorak yang diletakkan di atas deretan buku-buku tebal tentang ilmu pengetahuan serta buku-buku profil para perupa tenar. Alfi hendak menyatakan bahwa manusia sering melupakan sejarah, melupakan masa lalunya.

Bagi Alfi, papan tulis adalah simbolisasi keinginan belajar yang tiada berakhir. Itu sebabnya belakangan ini Alfi getol menampilkan papan tulis, meninggalkan obyek-obyek batu, tangga, tengkorak, potongan tangan, dan kaktus yang sudah menjadi ciri khas lukisannya selama ini.

Kurator Enin Supriyanto menyebut perubahan ini sebagai proses meremajakan diri. “Kini, kita bisa meyakini bahwa Alfi sesungguhnya masih terus belajar agar ia bisa terus memperkaya wilayah estetik bagi praktik seni lukisnya selama ini. Dengan kerja keseniannya, Alfi terus meremajakan dirinya,” tulis Enin dalam katalog pameran.

Alfi mulai getol menggarap papan tulis sebagai subject matter lukisannya sejak dua tahun lalu. Blackboard series merupakan penggalan proses perjalanan Alfi sebagai perupa. Inilah yang disebutnya sebagai proses pembelajaran, proses peremajaan. Sebab, selepas menggarap blackboard series ini, Alfi kembali pada subject matter lamanya yakni tengkorak.

Tentu, tengkorak kali ini konsepnya sangat berbeda. “Dulu, tengkorak itu hadir di kanvas melalui alam bawah sadar. Ia muncul begitu saja, seperti halnya batu, kaktus atau anak tangga,” katanya. “Sekarang, dengan sadar tengkorak itu dimunculkan, sebagai simbol kehidupan baru. Itu sebabnya, karya terbaru ini judulnya peremajaan.”

Dalam pameran ini Alfi juga menghadirkan satu karya instalasi berupa perahu kayu yang dipenuhi kapur tulis aneka warna serta sesosok jerangkong. Alfi sengaja meletakkan perahu layar itu di satu ruangan, lengkap dengan pasir sebagai alasnya.

Menurut Alfi, perahu adalah simbol perjalanan. Kapur tulis adalah simbol pembelajaran. Sedangkan jerangkong adalah simbol kematian. Namun, bagi Alfi, kematian bukanlah akhir segalanya. “Kematian bukanlah finish. Kematian justru awal dari kehidupan baru,” ujarnya.

Pameran Life/Art #101 : Never Ending Lesson ini merupakan pemanasan untuk pameran di Kuala Lumpur dan Singapura dengan materi yang sama dengan penyelenggara Valentine Willie Fine Art. Pameran di Kuala Lumpur, Malaysia, akan digelar di Central Market selama dua minggu, mulai 21 Oktober 2010. Sedangkan pameran di Singapura akan digelar Desember 2010.

HERU C. NUGROHO

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

39 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

46 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya