Mengapa Filsuf Jean-Paul Sartre Menolak Hadiah Nobel Sastra?
Rabu, 2 November 2022 06:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jean-Paul Sartre atau Jean-Paul Charles Aymard Sartre adalah seorang filsuf berkebangsaan Perancis. Pada 22 Oktober 1964, Sartre dianugerahi Hadiah Nobel Sastra. Alih-alih menerima, dia justru menolak penghargaan paling bergengsi untuk orang-orang jenius di dunia tersebut.
Dalam surat resminya kepada Swedish Academy, Sartre membeberkan dua alasan subjektif dan objektif mengapa dirinya menolak Hadiah Nobel Sastra. Alasan pribadinya adalah bahwa dia memiliki prinsip untuk tidak pernah segala bentuk penghargaan apa pun, termasuk Hadiah Nobel.
Sikap ini didasarkan pada konsepsinya tentang usaha penulis. Dilansir dari The Hand India, Sartre berkeyakinan bahwa seorang penulis yang menganut posisi sosial, politik, atau sastra harus bertindak hanya dengan sarana yang dimilikinya. Sarana itu adalah kata-kata tertulis yang mengandung makna.
Jika sebuah penghargaan Hadiah Nobel diterima, dimungkinkan membuat para pembacanya terkena dampak yang tidak dia inginkan. Menurut Sartre, penulis yang menerima penghargaan semacam itu tentu secara tidak langsung melibatkan dirinya sendiri pada asosiasi atau lembaga yang menghormatinya. Karena itu, dia tegas menolak segala penghargaan resmi dan tidak ingin “dilembagakan”.
Adapun alasan objektif, Sartre yang dikenal sebagai Bapak Eksistensialisme itu menyatakan alasan di balik penolakan Hadiah Nobel. Sebagaimana ditulis dalam suratnya, Sartre berpendapat bahwa Nobel diadakan sebagai cadangan untuk penulis Barat atau pemberontak Timur.
Menurut Sartre, Hadiah Nobel adalah hadiah para borjuis. Tetapi, hal itu diketahui sebagai interpretasi borjuis yang pasti akan diberikan oleh kalangan tertentu yang sangat ia kenal. Singkatnya, dia akan selalu menolak pembedaan resmi dengan alasan bahwa dirinya tidak pernah ingin dilembagakan.
Sebelumnya, seperti dikutip dari surat kabar Swedia Svenska Dagbladet, para juri Hadiah Nobel menominasikan Sartre sebagai penerima Nobel pada 17 September 1964. Nama-nama lain selain dia antara lain penulis Rusia Mikhail Sholokhov dan penyair Inggris WH Auden. Total ada 76 calon pada tahun itu dan 19 di antaranya merupakan calon baru.
Melansir situs resmi Nobel Prize, Hadiah Nobel dianugerahkan kepada pria kelahiran Paris, 21 Juni 1905, itu berkat karyanya yang kaya akan gagasan dan dipenuhi dengan semangat kebebasan dan pencarian kebenaran. Sejumlah karyanya, salah satunya L'Etre et le néant (1943), telah memberikan pengaruh yang luas pada kehidupan umat manusia.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: Bob Dylan VS Jean Paul Sartre