TEMPO.CO, Jakarta - Film A Copy of My Mind boleh dibilang menjadi salah satu film Indonesia terpenting tahun ini. Film ini menuai prestasi gemilang, seperti pemutaran perdana secara global di Toronto International Film Festival, di Busan International Film Festival, dan di Venice Film Festival.
Selain itu, tujuh nominasi Festival Film Indonesia (2015) berhasil disabet film garapan sutradara Joko Anwar ini. Di antaranya, nominasi film terbaik dan nominasi sutradara terbaik yang pemenangnya baru akan diumumkan pada 23 November 2015.
Hal yang menjadi sorotan di film ini adalah bagaimana Joko Anwar mengeksplorasi daya kreatifnya yang belum banyak ditampilkan dalam film-film sebelumnya. Joko Anwar tidak terpaku pada naskah yang ditulisnya sendiri, tapi lebih melonggarkan dialog pemainnya. Kebiasaan ini mulai diterapkan sejak ia menggarap film Modus Anomali.
“Dulu saya terlalu terpaku dengan story board, film yang dibuat sangat mekanis dari segi penggambaran. Sejak Modus Anomali, saya lebih bebas dan eksploratif. Sama halnya dengan A Copy of My Mind,” ujar Joko Anwar saat ditemui di Plaza Indonesia, Senin, 16 November 2015.
Dalam film ini, Joko Anwar menyajikan cerita yang lebih realistis dan natural tentang kehidupan pinggiran Jakarta di pasar, kampung, salon, jalanan, penjara, hingga di panggung politik. Kehidupan yang suram itu digambarkan dengan baik lewat tokoh Sari (Tara Basro) dan Alek (Chicco Jerikho).
“Kota yang kontradiktif, tapi puitis. Di satu sisi, ada gedung tinggi, di satu sisi ada perkampungan. Di satu sisi ada sampah, di sebelahnya ada grafiti, ada seni,” ujar pria yang mengawali dunia film sebagai penulis skenario film Arisan (2004).
Adapun A Copy of My Mind baru akan ditayangkan di bioskop pada Februari 2016. Film ini rencananya juga akan menjadi salah satu rangkaian trilogi. Kedua film lainnya berjudul A Copy of My Soul dan A Copy of My Heart rencannya digarap Joko Anwar tahun depan.
LUHUR TRI PAMBUDI