Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wayang Urban, Lakon Sumantri-Sukrasana Jadi Gaul

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
ANTARA/Zabur Karuru
ANTARA/Zabur Karuru
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lupakan dalang berblangkon, beskap, lengkap dengan keris terselip di belakang pinggang. Dalang Nanang Henri Priyanto atau dikenal dengan Nanang Hape yang menceritakan lakon Sumantri Sukrasana memilih mengganti blangkon dengan udeng.

Dia mengenakan kemeja dengan model kerah sanghai lengan panjang –mirip baju koko, dan kain plus selop. “Wayang urban, nontonnya rileks saja,” pesannya sebelum menampilkan Pegelaran Mahakarya Wayang Urban di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu, 10 Juni 2015.

Di atas panggung terbentang layar putih dan berjejer wayang kulit yang tertancap di gedebog pisang. Nanang memainkan gunungan wayang kulit sebagai tanda cerita dimulai. Suara gamelan mengalun sebagaimana pertunjukan wayang kulit pada umumnya.

Senyampang itu, sekelompok anak muda melantunkan musik blues. Musik tradisional berpadu dengan sentuhan kekinian. Begitu pula dengan cara Nanang mengemas cerita Sumantri Sukrasana.

Kisah ini sejatinya sederhana saja. Sukrasana diperintahkan oleh Raja Maespati, Prabu Harjunasasra untuk memindahkan taman Sriwedari dari Magada ke Maespati, demi mendapatkan Dewi Citrawati. Namun Nanang menambahkan sentuhan agar pesannya mudah diterima penonton.

Caranya, menerjemahkan karakter Sukrasana menjadi empat tokoh berbeda. Mulai dari Sukrasana rupa wayang kulit, Sukrasana yang ‘dicomot’ dari anak muda pemain bass, Sukrasana berpenampilan perlente bak eksekutif muda, sampai Sukrasana bewujud pesilat Yayan Ruhian.

Bagi Nanang, menjadi dalang pada dasarnya adalah mendongeng. “Yang penting, nilai apa yang dipetik dari jalinan cerita itu,” ujarnya. Sumantri menggambarkan sosok pekerja keras, setia kepada bosnya, dan gigih dalam menjalankan tugas.

Tapi, saat mengukir prestasi lantaran mampu memindahkan taman Sriwedari, dia melupakan cinta kepada adiknya, Sukrasana. Padahal, Sukrasana yang digambarkan seperti raksasa kerdil punya andil dalam memindahkan taman itu. Abai akan jasa adiknya, Sumantri tega melepaskan anak panah hingga menembus jantung Sukrasana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ono Dino, Ono Tresno

Ono dino, ono upo
Ono upo, ono doyo
Ono doyo, ono kerjo
Ono kerjo, ono dunyo

Ono dunyo, ono tresno
Ono tresno, nek ono dunyo

Menurut Nanang, tak sulit menerjemahkan kisah Sumantri Sukrasana dalam kemasan modern. Dia dan 16 pemain lainnya berlatih dalam tempo dua pekan. Saking mudahnya, Nanang juga membuat sedikit analogi kekinian dari cerita perwayangan saat Dewi Shinta dikurung Rahwana. Pada era sekarang, Shinta dikurung bisa diartikan para pekerja di gedung-gedung bertingkat yang terkungkung dengan jam kerja.

Sementara itu, pemeran Sumantri versi pencak silat, Yayan Ruhian mengatakan mempelajari karakter dan membuat gerakan silat yang cocok selama dua hari. “Wayang dan silat merupakan warisan sejarah dan seni budaya yang sangat indah bila dikolaborasikan dalam satu konsep pertunjukan,” katanya.

Selama hampir satu jam, penonton disuguhkan dengan tensi pertunjukan yang naik-turun. Saat penonton terbawa suasana sedih ketika Sukrasana meregang nyawa lalu mati, tiba-tiba asisten dalang muncul ke tengah panggung dan berujar “cut!”. Kekhusyukan pecah. Nanang mengaku sengaja memainkan emosi penonton agar tak cepat bosan. “Setiap sekitar 30 menit kami beri penyegaran,” katanya.

RINI KUSTIANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.


Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Pementasan wayang potehi di Klenteng Sin Tek Bio dalam perayaan Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin, Minggu, 20 Januari 2019 (TEMPO/Bram Setiawan)
Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.


Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Sejumlah artis Ibu Kota dari Partai NasDem berfoto bersama sebelum mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (caleg) di kantor KPU, Jakarta, Senin, 16 Juli 2018. NasDem mengajukan 20.391 calon anggota legislatif, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga DPD, di antaranya artis Nafa Urbach, Tessa Kaunang, Addies Adelia, dan Krisna Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.


Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ketua Umum Partai Nasdem dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara penutupan pekan orientasi calon legislatif Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada Senin, 3 September 2018.  TEMPO/Dewi Nurita
Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa yang dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.


Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, memotong tumpeng saat menghadiri pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.


Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Dalang Ki Purbo Asmoro mengajarkan siswa memainkan wayang kulit di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, 2 November 2017. Tempo/Ilham Fikri
Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.


Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Wayang kulit karakter Gatotkaca hadir di serial Star Trek: Discovery. (Star Trek: Discovery)
Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.


PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

Dua orang seniman berlakon sebagai Petruk dan Gareng dalam pertunjukan kesenian wayang orang yang berjudul Jayabaya Mukswa di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta (31/3). TEMPO/ Nita Dian
PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.


Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

3 Juli 2017

Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.