TEMPO Interaktif, Denpasar - Fantastique Art Exhibition atau Pameran Karya Seni Rupa Fantastik sedang digelar di Bentara Budaya, Bali. Pameran ini mewadahi ekspresi aneka bidang seni, seperti patung, relief, lukisan, dan bentuk-bentuk lain yang menggabungkan kecanggihan teknologi dan warisan budaya lama.
Pameran yang berlangsung selama 19-26 November ini diikuti sejumlah seniman, seperti Anom Kojar, Benbal, Damuh Bening, Made Marthana Yusa, MEGA, Monez Gusmang, Ngurah Rai, Raka Siwi, Sang Ayu Made WLP, Setiawan Tangsek, Adam TNY, Andreanus Gunawan, Apriyadi Kusbianto, Erwin Prima Arya, Jan Mintaraga, META Studio-Jogjakarta, dan Toni Musdiono.
Menurut kurator pameran, L. Bambang Sugiharto, seni fantastik sesungguhnya bukan sesuatu yang baru dalam seni rupa. Pelukis Belanda, Hieronymush Bosch (1450-1561), dipandang sebagai salah satu perintis mazhab ini. Lukisan terkenal Bosch, "The Garden Of Earthly Delights", yang menggambarkan alam surga yang hilang, tadinya diklaim sebagai karya Rennaisance, tapi kemudian diperdebatkan dan belakangan dinyatakan sebagai seni fantastik.
Dalam sejarah seni rupa dikenal pula realisme fantastik, yang mengetengahkan ikon-ikon terpilih secara sadar untuk mengejawantahkan khayalan. Ini berbeda dari surealisme, yang secara intens menggali alam bawah sadar demi mewujudkan khayalannya.
Kehadiran seni ini kian kukuh setelah munculnya berbagai karya fiksi ilmiah yang bercerita tentang angkasa luar atau kehidupan mahluk planet lain dan kehidupan purba, seperti masa dinosaurus. Yang paling berpengaruh dari generasi ini adalah Frank Frazeta (1928-2010), pelukis sampul komik-komik asal Amerika Serikat. Frazeta membuat, misalnya, sampul album musik "Expect No Mercy" milik grup Nazareth dan "War to End All Wars" punya Yngwie Malmsteen serta sejumlah poster film Hollywood, seperti "Hotel Paradiso"
Perwakilan Bentara Budaya Bali, Juwita Lasut, menyampaikan, pameran ini untuk memberi ruang ekspresi pada mereka yang tengah meneguhkan eksistensinya. Selain itu, pameran ini juga hendak merunut sejarah perkembangan seni, khususnya terkait seni fantastik sebagai aliran tersendiri.
ROFIQI HASAN