Lontaraq Diprediksi Tak Akan Dikenal 20 Tahun Lagi

Reporter

Kamis, 25 September 2014 03:24 WIB

Petugas memeriksa sejumlah naskah kuno koleksi terbaru museum Sribaduga Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/11). ANTARA/Agus Bebeng

TEMPO.CO , Makassar: “Penemuan tulisan merupakan puncak kebudayaan dari sebuah peradaban manusia. Makanya, bangsa yang memiliki tulisan adalah bangsa yang besar.” Demikian ditulis Florian Coulmas dalam bukunya yang berjudul The Writing System of the World. Tak banyak di antara jutaan suku yang ada di bumi menciptakan tulisan. Dari 520 lebih suku bangsa yang ada di Indonesia, suku Bugis-Makassar termasuk yang memiliki aksara Lontaraq.

Naskah I La Galigo adalah salah satu karya sastra yang ditulis dengan aksara Lontaraq—warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO, badan dunia yang menangani masalah pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Karya ini terdiri atas 300 ribu bait, salah satu karya sastra terpanjang, melebihi karya fenomenal Mahabharata dan Ramayana dari India yang hanya sekitar 150 ribu bait. (Baca juga: I La Galigo, Mitologi Sarat Perdamaian)

Sayang, keberadaan Lontaraq nyaris tak mendapat perhatian. Berdasarkan hasil seminar internasional kebudayaan tentang huruf-huruf yang mengalami ancaman kepunahan di Asia Tenggara, Februari lalu, Lontaraq dinilai tak akan bertahan lama. “Diprediksi, 20 tahun ke depan Lontaraq tak lagi dikenal,” ujar Profesor Nurhayati Rahman, guru besar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, saat ditemui di kediamannya, Selasa dua pekan lalu, 9 September 2014. “Lontaraq akan terpelihara ketika masyarakat masih sadar dengan kebudayaannya.”

Inilah yang dilakukan Eka Wulandari. Bersama teman-teman komunitasnya di katakerja, Eka membuka kelas aksara Lontaraq setiap Sabtu. “Agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak lupa dengan tulisan lontaraq,” ucapnya, Sabtu lalu.
<!--more-->
Manajer katakerja itu mengungkapkan, kelas ini dibuka atas dorongan beberapa pihak yang ingin melestarikan salah satu kebanggaan budaya Bugis-Makassar itu. Meski kelas ini dibuka untuk umum, hanya mahasiswa yang terlibat, itu pun jumlahnya tidak banyak.

Pelajaran pertama yang diberikan adalah mengenal huruf Lontaraq. Sebab, di antara peserta, masih ada yang tak mengenal huruf itu dan penyebutannya. “Setelah itu, baru belajar membaca, berbicara, dan menyimak,” kata Eka.

Selain kelas belajar, cara yang dianggap efektif adalah berbahasa daerah ketika berkomunikasi dengan orang sesukunya. “Seandainya SMS (pesan pendek ponsel) bisa pakai Lontaraq, saya gunakan. Selama ini saya hanya mengaku orang Bugis, tapi tak bisa berbahasa Bugis,” kata Eka.

Menurut Nurhayati, masyarakat Bugis-Makassar semestinya tak perlu sungkan menggunakan bahasa ibu mereka. Sebab, lewat itu, dunia akan lebih mengenal bangsa kita dengan karakter asli yang telah dibangun oleh para leluhur.
<!--more-->
Nurhayati membandingkannya dengan huruf Korea Selatan yang terus digunakan. “Kalau kita berkunjung ke Korea Selatan, kita tidak akan menemukan tulisan Latin. Kalaupun ada, hanya sedikit. Mereka menuliskan seluruh petunjuk dan informasi menggunakan bahasa mereka, Hanguel,” kata profesor yang sempat menetap di Korea Selatan selama dua tahun itu.

Bukannya minder, Korea malah diperhitungkan di dunia untuk segala bidang. Selain itu, Jepang dengan simbol Samurai, ujar Nurhayati, mengantarkan mereka pada puncak perkembangan kebudayaan. Samurai tidak dilambangkan sebagai alat peperangan, melainkan spirit jati diri bangsa Jepang. Seperti Siri’ dalam lingkungan Bugis-Makassar.

“Jadi, kalau mau melanjutkan pendidikan di Korsel atau Jepang, kita dipaksa mengetahui bahasa mereka lebih dahulu. Kalau tidak mau mengenal bahasa mereka, kita akan kesusahan di sana. Sebab, mereka bangga dengan bahasa mereka. Sedangkan kita, yang juga punya bahasa dan tulisan sendiri, justru tidak mau berbahasa daerah,” ujarnya.

SUTRISNO ZULKIFLI

Berita lain:

Terduga Pembunuh Tiga Remaja Israel Tewas Ditembak

Rachmat Yasin Resmi Lengser dari Kursi Bupati Bogor

SPG Cantik Suzuki Sedot Rp 1 Miliar di IIMS 2014

Berita terkait

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

8 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

12 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

47 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

55 hari lalu

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

23 Januari 2024

Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini.

Baca Selengkapnya

Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

18 Januari 2024

Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

Indonesia terpilih untuk menjadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre dari 11 perwakilan negara anggota ASEAN di Seoul

Baca Selengkapnya