Sawo dan Kisah Keturunan Diponegoro yang Tercerai-berai

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Kamis, 9 Januari 2014 21:27 WIB

heritageofjava.com

TEMPO.CO, Yogyakarta - Telah kualami malu dan derita. Tapi kumohon agar segala hal yang sudah lalu direlakan. [Dan] agar keluargaku benar-benar mengindahkan agama Rasul untuk mendapatkan pertolongan.

Kalimat itu tertulis dalam Babad Diponegoro, sebuah naskah setebal 1.000 halaman lebih yang ditulis sang pangeran selama masa pengasingan di Manado pada 1830-1833. Sejak Diponegoro ditangkap Letnan Jenderal Gubernur Hindia-Belanda Hendrik Merkus de Kock di Magelang pada 28 Maret 1830 dan diasingkan ke Manado, keluarganya pun hidup terpisah. Beberapa ada yang menyertai ke pengasingan, tapi tak sedikit yang tertinggal di Jawa.

“Sejak 1830 itulah keluarga kami tercerai berai,” kata Roni Sodewo, keturunan Pangeran Diponegoro. Lelaki yang mengklaim berada pada urutan ketujuh dalam rantai silsilah sang pangeran itu kini tinggal di Kulon Progo dan bekerja sebagai pegawai negeri.

Bagi anak-cucu Diponegoro yang lahir dan besar di tempat pengasingan, kata dia, mereka seolah harus kehilangan identitas sebagai orang Jawa. Di Ambon, misalnya, ia mencontohkan. “Di Ambon dibilang orang Jawa, tapi di Jawa sendiri mereka dibilang orang Ambon.”

Roni mengatakan kedatangan kembali anak-cucu Pangeran Diponegoro ke Jawa terjadi sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia. Soekarno, Presiden RI pertama, adalah pengagum Diponegoro. Atas bantuannya, anak-cucu Diponegoro bisa kembali tanah Jawa. “Tapi tidak di Jawa Tengah dan Yogyakarta,” kata lelaki 42 tahun itu. “Melainkan ditempatkan di Cimahi.”

Bagaimana dengan anak cucu Diponegoro yang tertinggal di Jawa? Ternyata tak kalah sengsara. Roni ingat satu cerita dari mbah buyutnya. Pada masa penjajahan Belanda, ada pesan turun-temurun yang disampaikan agar anak-cucu Diponegoro tak pernah mengaku sebagai keturunan sang pangeran. Mungkin saja, ia menduga, untuk alasan keamanan.

Lantaran tak pernah membuka identitas diri itu, tak jarang anggota keluarga tak mengenal saudara dari keluarga lainnya. Namun ia menyatakan ada kode rahasia yang berlaku agar sesama keluarga keturunan Diponegoro masih bisa saling mengenali. Pada trah Sodewo, misalnya, kata dia, ada pesan agar mereka menanam pohon tertentu di sekeliling rumahnya. Yakni kemuning di kanan kiri, sawo di depan, dan kepel di belakang rumah. “Kalau sawo kecik dihindari,” katanya.

Sawo kecik, kata dia, adalah pohon yang lazim ditemui di sekitar keraton Yogyakarta. Keluarga khawatir, dengan menanam pohon itu identitas mereka justru terbongkar. Menurut dia, kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu tentu tak ada lagi.

Diponegoro meninggal di Makassar pada 8 Januari 1855. Tepat di tanggal yang sama, 8 Januari 2014, aktor dan sutradara teater, Landung Simatupang, menggelar pembacaan drama tentang Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, Yogyakarta.

ANANG ZAKARIA




Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

7 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

8 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

16 hari lalu

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?

Baca Selengkapnya

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

29 hari lalu

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

51 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

55 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?

Baca Selengkapnya