Isrol Triono dan Triplek Propaganda  

Reporter

Editor

Minggu, 19 Juni 2011 15:15 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Isrol Triono punya cara sendiri mendefinisikan pahlawan. Bagi lelaki kelahiran Jakarta 1982 itu, seorang pahlawan bukan hanya mereka yang gugur di medan perang. Namanya dicatat dengan tinta emas sejarah hingga jasadnya terbaring di taman makam pahlawan. “Seorang tukang sapu pun juga pahlawan,” kata dia, Minggu, 19 Juni 2011.

Ide tentang pahlawan dalam benaknya itu lantas dia visualkan di atas media triplek berukuran sekitar 20 x 30 sentimeter. Gambarnya, kepala manusia dengan latar belakang sapu ijuk dan lidi bersilangan. Sekilas, gambar itu terlihat seperti logo bajak laut, dengan tengkorak dan dua pedang bersilangan. Warnanya sederhana. Dengan latar belakang cokelat, garis-garis yang membentuk gambarnya berwarna putih.

Di atas obyek gambarnya itu, dia tambahkan gambar selembar pita bertulisan Pahlawan. Adapun di bawahnya, dia gambar sebuah plakat bertulisan Penyapu Jalan. Menurut dia, karya yang diberinya judul "Pahlawan Penyapu Jalan" itu terinspirasi dari judul lagu Teknoshit, sebuah kelompok musik indie asal Yogyakarta. Tindakan penyapu jalan dianggapnya sebagai profesi yang herois dan bermanfaat bagi banyak orang.

Bersama dengan karyanya yang lain--juga bermedia triplek--"Pahlawan Penyapu Jalan" terpajang dalam pameran tunggalnya yang pertama di Fight For Rice jalan Parangtritis, Yogyakarta. Mengambil tema Bercumbu Dengan Triplek, pameran itu berlangsung dari 24 Mei-26 Juni 2011.

Bagi Isrol, perkenalan dunia seni rupa adalah takdir hidupnya. Lulusan sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta ini sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan seni secara formal. “Saya belajar seni rupa secara otodidak,” kata lelaki yang bekerja sebagai penyablon kaus di Jakarta itu.

Bermula dari aktif di sebuah sanggar seni di Jakarta, dia akhirnya berkenalan dengan komunitas seniman di berbagai daerah, di Jakarta hingga Yogyakarta. Dari sana, dia belajar. Pernah menjajal di jalur media kanvas dengan cat minyak dan akrilik serta drawing di atas kertas, dia akhirnya menemukan keasyikan menggambar di atas media triplek. Tekstur kayu di permukaan triplek, kata dia, memberikan tantangan sendiri dalam menggambar. Gambar yang dihasilkan pun menjadi berbeda dengan melukis di atas kanvas atau menggambar di atas kertas.

Perkenalan dengan media triplek tak pernah disengaja. Satu kali, saat dia sedang menyablon kaus, cat yang digunakan tembus hingga permukaan triplek yang menjadi alas kain. “Dari sini saya mulai menggambar di atas triplek,” kata dia.

Karya Isrol hadir dalam bentuk mirip gambar pada poster stensilan atau street art yang berisi sindiran atau kritik terhadap realitas politik. “Ya memang seperti gambar propaganda,” kata dia mengakui. Tak hanya "Pahlawan Penyapu Jalan", karyanya yang lain pun juga seperti itu.

Lihat, misalnya, karyanya yang berjudul "Hidup Wortel". Berupa gambar tangan mengepal dengan menggenggam sebuah wortel, gambar itu akan segera mengingatkan kita pada gambar berisi slogan perjuangan di Jalan Revolusi Kemerdekaan dengan slogan "Merdeka atau Mati!" yang terpampang di jalanan.

Atau lihat saja karyanya yang lain, "Menebar Senyum". Seorang lelaki dengan tas selempang di pundaknya berdiri dengan posisi siap melempar. Gambar itu akan segera mengingatkan kita pada poster perlawanan pejuang Palestina terhadap tentara Israel dengan lemparan batu. Bedanya, dalam karyanya, Isrol tak menggambar batu sebagai senjata pemuda itu, tapi seikat bunga.

Bagi Isrol, selalu ada pesan yang coba dia selipkan dalam karya. Jika dalam "Hidup Wortel" ada pesan tentang makanan sehat, dalam "Menebar Senyum" ada pesan tentang sebuah perilaku ramah.

Dia mengaku, ide dasar dalam membangun karyanya banyak diilhami oleh pengalaman belajar seni rupa dari satu komunitas ke komunitas yang lain. Semisal "Hidup Wortel", idenya banyak terisnpirasi dari satu gerakan Food Not Bomb yang bermula di Amerika.

Semangat berbagi dari satu komunitas ke komunitas yang lain itulah yang mendorongnya menggelar pameran tunggal di Yogyakarta kali ini. Bermula dari iseng meng-upload karya di jejaring media sosial miliknya, tawaran untuk menggelar pameran tunggal lantas datang dari Eko Nugroho, pemilik Fight For Rice. Melalui karyanya yang berjudul "Berbagi Rasa" yang bergambar kaleng berisi makanan siap santap, dia mengakui hal itu. “Gambar-gambar saya itu seolah menjadi tiket untuk berbagi dengan banyak orang dimana-mana,” kata dia.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

39 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

46 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya