TEMPO Interaktif, Jakarta: Mulanya ia membawakan gadis itu setangkai bunga mawar. Lalu seplastik bunga sedap malam. Kemudian sekeranjang kembang warna-warni. Penonton tertawa melihat bagaimana karangan bunga yang dibawanya makin lama makin besar. Sementara itu, perempuan yang dicintainya tetap acuh.
Philippe Bizot seorang pantomimer asal Perancis. Dia telah melakukan pentas dengan membawakan nomor-nomor tunggal di Yogyakarta dan Bandung. Ide-ide pantomimnya bertolak dari persoalan sehari-hari. Namun, sering dengan ending yang mengejutkan. Di Bandung ia menampilkan kisah seorang pemuda yang bersiap- siap kencan. Ia berdiri seolah-olah menyemprotkan minyak wangi ke tubuh sembari menunggu pujaannya. Tapi sang perempuan tak kunjung datang. Dan tiba-tiba Bizout menjadi seorang tua renta.
Di Jakarta, di Teater Salihara dan Taman Ismail Marzuki, dia mengajak seorang mahasiswi psikologi Universitas Indonesia bernama Putri Ayudya untuk memainkan nomor berjudul Kau dan Aku. Ini kisah cinta seorang lelaki yang tak berbalas. Panggung mengandalkan sebuah set sofa. Di situ, Bizot, tanpa kata-kata, menampilkan kecamuk perasaan seorang laki-laki yang dilukai hatinya . Putri Ayudya, nama yang sama sekali belum dikenal dalam jagad teater kita, ternyata mampu mengimbangi permainan Bizot. Bahkan, akting pantomimnya cukup mengesankan.
Selama lebih dari satu jam mereka menampilkan adegan romantis, pahit, dan humor. Lihatlah saat mereka berdua makan malam. Bizot seolah-olah mengiris daging steak. Tiba-tiba kemudian ada selilit pada giginya. Atau ketika Bizot seakan-akan mengeluarkan makanan dari microwave dan kemudian tangannya mengibas-ngibas tanda kepanasan. Ada juga adegan saat mereka menikah. Saat Bizot menyematkan cincin, Putri--mengenakan cadar--tampak kesakitan.
Bizot ingin menyajikan apa yang terjadi pada banyak pasangan modern kini: kegagalan komunikasi antara suami-istri. Adegan getir adalah saat mereka seolah berada di bandara. Bizot bolak-balik ke panggung, tergesa-gesa menuju bagasi untuk membawa aneka tumpukan koper mereka. Tapi sang perempuan tak sabar. Ia ditinggal.
Ketika muncul lagi, sang perempuan menggendong bayi. Bizot tampak bahagia. Ia menimang-menimang bayi itu. Tapi penonton meringis saat Bizot membandingkan kulitnya yang putih dengan kulit bayi tersebut yang hitam. Ternyata bayi itu anak dari orang lain.
Selanjutnya adegan dalam apartemen yang mengharukan. Bizot tak boleh menyentuh tubuh "istri"-nya. Ia tak boleh tidur sekamar. Ia meringkuk di sofa dan berbantal jas hitamnya. Di malam hari sang istri mengendap-endap mencangking sepatu, ke luar rumah untuk kencan dengan lelaki lain. Dan pagi ketika Bizot menyuguhkan minum, cangkir nya malah dilempar "sang istri".
Salah satu kekuatan Bizot adalah ia dapat menghadirkan ke panggung perasaan kasih sayang, perasaan setia, dan tindakan memaafkan seorang laki-laki. Saat ia memberi kado, membanyol-banyolkan diri di depan "istri" dengan meniup kertas trumpet--adegan ini lucu, tapi kita mendapatkan nuansa sedih di situ.
Ekspresi tubuh Bizot jelas. Ia tidak berpretensi abstrak. Seluruh gerak-geriknya mudah diidentifikasi. Di akhir pertunjukan, di tengah kepulan asap yang agak surealis, Bizot tampak merokok di panggung. Dia melihat sebuah kurungan yang di dalamnya ada Putri Ayu--sang istri--yang meronta-ronta. Dia seolah merenung apa arti kebebasan perempuan.
Pendekatan pantomime Bizot, misalnya, berbeda dengan Milan Sladek, pantomimer asal Jerman, yang beberapa bulan terakhir ini giat melakukan pertunjukan dan workshop di Jakarta. Sladek suka mengenakan desain-desain kostum yang atraktif dan aneh-aneh. Pada Sladek juga terasa ada jejak gerak dan mimik badut seorang aktor harlequin atau commedia delarte. Sladek sering menampilkan gerakannya secara simbolik. Sementara itu, Bizot lebih seorang realis.
Bizot telah membawa nomor Kau dan Aku ini ke Bolivia dan Pakistan. Di tiap tempat itu ia duet dengan pantomimer lokal. Bizot agaknya mampu membuat orang awam menjadi tertarik pantomim.
Selain nomor ini, di Jakarta Bizot melatih puluhan anak tunarungu. Mereka bakal bergabung dengan anak-anak SMA dan mahasiswa-mahasiswa teater kampus yang mengikuti workshop-nya untuk sebuah pentas di Taman Menteng, akhir Maret ini.
Bizot ingin meyakinkan bahwa pantomim bisa dicerna dan dilakukan oleh siapa pun. Dan itu agaknya berhasil. Contohnya seorang penonton perempuan yang spontan menggumam saat menyaksikan adegan ia ditinggal selingkuh: "Aduh kacian yaaa...."
SENO JOKO SUYONO