TEMPO.CO, Jakarta - Selesai merilis film Rudy Habibie, sutradara Hanung Bramantyo siap memproduksi karya terbarunya, Kartini. Meski menjadi sutradara dalam film yang diproduksi oleh Legacy Pictures ini, Hanung mengaku ikut menulis skenario.
"Saya selalu ingin mendampingi penulis karena ingin subyektivitas saya terekam dan tampak langsung di skenario," ujar Hanung dalam konferensi pers film Kartini di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Juli 2016.
Suami Zaskia Adya Mecca ini mengaku, selain membaca surat-surat Kartini, ia membaca banyak literatur tentang Kartini. Karena itu, perspektif yang berbeda dari masing-masing penulis pun didapat. Dari sejumlah buku yang dibaca, Hanung menginterpretasikannya ke dalam skenario film.
"Saya baca dari banyak buku, tidak hanya dari karya Pram, Panggil Aku Kartini Saja, dan dari Tempo, Gelap-Terang Hidup Kartini," ujar pria kelahiran Yogyakarta, 1 Oktober 1975, ini.
Hanung juga membaca literatur karya penulis Belanda. "Saya membaca buku Elisabeth Keesing yang menceritakan Kartini dengan sudut pandang yang lain."
Ia merasa beruntung karena banyak literatur yang membahas perjuangan perempuan asal Jepara itu.
Karena banyak mendapat masukan dari berbagai buku, Hanung berpendapat, kisah ini menjadi sangat kompleks. "Satu buku saja sudah sangat kompleks, sementara bacaan tentang beliau cukup banyak. Karena itu, bagi saya, subyektivitas menjadi sangat penting," ucapnya.
Hanung mengerti sudut pandangnya dan orang lain saat membaca tulisan yang sama mungkin saja berbeda. Namun, bagi dia, hal inilah yang menjadi ruang sebuah dialog. "Diharapkan ada film tentang Kartini lagi dengan perspektif yang berbeda."
DINI TEJA