TEMPO.CO, Malang--Beberapa bilah keris yang diklaim sebagai peninggalan zaman Kerajaan Majapahit dan Pajajaran dipamerkan di pendapa Kabupaten Malang, Kamis, 17 September 2015. Keris yang dipajang antara lain Singo Barong dan Batu Ijo warisan Majapahit dan Nyai Sombro peninggalan Pajajaran pada abad ke-16.
Selain itu juga terdapat keris Singo Barong Kineta Emas dari era peralihan Majapahit-Mataram Islam abad ke-15 dan keris Indra Kusuma yang merupakan pusaka masyarakat Bali. "Pameran digelar untuk mengenalkan ragam keris peninggalan sejarah," ujar panitia penyeleggara, M Arif.
Pameran diselenggarakan oleh Komunitas Pusat Edukasi Perkerisan Malang Raya. Tak hanya dipamerkan, sebagian keris juga dijual untuk umum. Sekitar 100 keris yang dipamerkan, selain koleksi Pusat Edukasi Perkerisan, juga milik kolektor pusaka, seperti Hestu Bradjaningrat, Ahmad Fauzi, dan Jimmy Jumlair.
Sebagian pengunjung penasaran dan menanyakan bentuk keris Mpu Gandring. Keris yang menjadi legenda jaman Kerajaan Singhasari ini dipesan Ken Arok. Namun keris ini pula yang digunakan Ken Arok membunuh Mpu Gandring. Sehingga menjelang ajal Mpu Gandring mengeluarkan kutukan jika keris ini akan meminta tumbal tujuh orang.
Namun keris yang dibuat pada abad ke-12 ini tak pernah ada bukti fisiknya. Diduga keris tersebut telah hancur atau rusak. Menurut Arif masyarakat di zaman Kerajaan Singhasari umumnya memiliki keris berukuran lebih pendek. Keris berjuluk bethok itu dimiliki oleh masyarakat kalangan bawah yang bermukim di sepanjang aliran Sungai Brantas.
Pameran ini merupakan rangkaian pelantikan pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Malang. Selain pameran keris, juga digelar sendra tari dan pameran lukisan.
EKO WIDIANTO