TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tuna daksa asal Solo, Sabar, hanya tersenyum saat ditanya asal mula nama Gorky, yang disematkan di belakang nama aslinya
"Kalau ingat itu saya terharu," kata Sabar saat pelepasan dirinya bersama 34 pendaki lain yang akan menaklukkan puncak Carstenz, pegunungan Jaya Wijaya, di Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2015.
Julukan Gorky sebelumnya tersemat di nama Alexei Maximovich Peshkov, pujangga besar Rusia, lebih dari seabad lalu. Peshkov saat itu lebih dikenal dengan sebutan Maxim Gorky.
Gorky adalah kata dari bahasa Rusia yang berarti 'pahit'. Maxim menaruh nama itu sebagai manifesto kemarahan terhadap rezim kerajaan (tzar) Rusia. Maxim adalah satu dari sederet pujangga sosialis yang menjadi inspirator Revolusi Bolshevik pada 1917.
Belasan dekade berlalu. Nama Gorky beralih konotasi dari negatif ke positif karena disematkan ke belakang nama Sabar. "Itu adalah lecutan meski hidup saya, atau hidup kita ini pahit, harus jalan terus," kata Sabar,
Julukan Gorky diberikan oleh staf Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Federasi Rusia, Hamid Awaludin, pada Agustus 2011. Saat itu, Sabar baru saja menamatkan pendakian Gunung Elbrus di Rusia, yang masuk dalam tujuh puncak gunung tertinggi di dunia, atau the seven summits.
Menurut Sabar, awalnya staf yang dia lupa namanya itu memberikan nama karena melihat kondisinya yang penuh lebam selepas mendaki. Staf tersebut bilang bahwa Sabar adalah pendaki tuna daksa pertama di Asia yang mencapai puncak Elbrus, sehingga prestasinya menjadi kado pada hari kemerdekaan Indonesia ke-66.
"Dari situ, lahirlah nama itu (Gorky). Kemudian saya dikasih kue berwarna merah putih dari Dubes. Muka saya langsung ceria dan lebam rasanya hilang semua," kenang Sabar sembari terkekeh.
Ternyata, seakan mantra, selepas penyematan itu Sabar kembali menaklukkan Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Sabar ditemani empat rekannya dari Top Ranger and Mountain Pathfdiner (TRAMP).
Kini, si Gorky lokal kembali adu semangat dengan tim Marinir dan TRAMP mendaki puncak Carstenz. Ini adalah kali pertama Sabar menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia itu. Sebelumnya rencana pendakian serupa sempat disusun Sabar pada 2006, tetapi gagal karena tidak ada biaya.
Sabar juga menggelorakan semangat 'gorky' di luar aktivitas mendaki. Dia membuka jasa pembersih kaca gedung pencakar langit guna membiayai hidup bersama istri dan seorang anak gadisnya. Profesi tersebut tergolong beresiko, bahkan untuk orang biasa sekalipun. "Karena walaupun saya 'kurang', semangat saya tidak pernah kurang," ujar Sabar.
ROBBY IRFANY