TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu penampil pada hari kedua pergelaran Java Jazz Festival, Sabtu, 1 Maret 2014, adalah JKT 48. Berseragam gaun pendek biru safir dipadu dengan hiasan topi kecil atau bulu putih di rambut, JKT48 juga dijadwalkan untuk mengadakan wawancara terbatas untuk media.
Kebetulan, di ruangan yang sama, bahkan duduk di sofa yang bersebelahan, band beraliran jazz asal Inggris Incognito tengah bersiap untuk menjalani agenda serupa. Ketujuh perwakilan JKT48 kemudian memperkenalkan dirinya di depan kamera televisi dengan ceria dan bersemangat, tepat sebelum Incognito memulai wawancaranya dengan media.
"Kami adalah JKT48," kata Melody dan kawan-kawan, dengan suara cukup keras.
Jean-Paul 'Bluey' Maunick, pemimpin Incognito, secara spontan membalas yelyel JKT48 tersebut dengan bercanda. "We are Incognito," kata dia dengan suara tak kalah keras. Jurnalis yang hadir sontak tertawa dan bertepuk tangan. Adapun ketujuh anggota JKT48 hanya bisa mesem-mesem dan mengulangi pengambilan gambar tersebut.
Dalam wawancara yang berjalan cair dan penuh canda ini, Bluey menyebutkan Incognito yang pada 2014 memasuki usia 35 tahun ini merasa senang bisa kembali ke Java Jazz Festival. Ini terutama karena mereka termasuk jajaran musikus yang tampil pada penyelenggaraannya yang pertama.
"Seperti menyaksikan sesuatu yang lahir kemudian tumbuh besar," ujar Bluey.
Ia juga tidak mempermasalahkan bila ada musikus dari luar genre jazz, seperti JKT48, tampil dalam festival ini. "Hal yang menakjubkan tentang jazz adalah musik ini seperti pintu yang terbuka, untuk berbagai orang dan jenis musik. Kurasa inilah spirit dari musik jazz," ujar dia.
RATNANING ASIH