TEMPO.CO , Jakarta: Pepatah mengatakan semakin tinggi pohon makin kencang anginnya. Semakin besar ketokohan seseorang, makin banyak ujian yang dihadapinya.
"Kalau saya santai, enggak ada perasaan semakin gede dan jadi tokoh atau apalah. Saya tetap seorang Eros Djarot dengan ketidaksempurnaan dan kekurangan yang juga saya miliki seperti halnya orang lain," kata Eros merendah pada Tempo, Selasa, 11 Februari di rumahnya di kawasan Bintaro, Jakarta selatan.
Dengan jujur pria berusia 63 tahun ini mengaku tak suka dengan pujian. "Buat saya pujian itu racun. Saya enggak suka dipuji, meski sering datang dalam hati saya selalu bilang ini racun," ujarnya.
Eros akui justru lebih suka bila dirinya dikritik. "Bagi saya kritik adalah hal yang membangun dengan jujur memberi tahu kekurangan dan ketidaksempurnaan saya," katanya dengan nada merendah.
Sutradara terbaik di Festival Film Indonesia tahun 1988 dalam film Tjut Nyak Dhien ini suka merasa risih dan hanya bisa senyam-senyum menghadapi pujian yang diberikan padanya.
"Kesempatan orang memuji bikin saya menggerutu dalam hati dan terus bilang, ini racun, racun, racun dan racun..., tujuannya supaya saya enggak terlena. Nah kalau saya dikritik saya justru akan lapang dada dan berbesar hati," ujarnya.
HADRIANI P |RINA ATMASARI
Topik Terhangat
KRI Usman Harun| Dana Haji| Transjakarta Bekas | Caleg Selebritas | Banjir Jakarta |
Berita Terpopuler
Kulit Maia Estianty Kendur, Cukup Dirawat di Rumah
Ini Pujaan Hati Donghae Suju
Mimpi Pernikahan Serba Hitam Cinta Penelope
Mengapa Lagu Eros Djarot Puitik dan Romantis?
Indah Dewi Pertiwi Akui Kenal Wawan, Manajernya