Ketua panitia acara Edi Irawan mengatakan, pertunjukan teater remaja ini dibawakan secara modern, namun berakar pada nilai tradisi daerah, dan sepenuhnya hasil karya kelompok teater sendiri. "Lakonnya boleh legenda, fenomena sosial, atau kearifan lokal," ujarnya kepada Tempo di arena festival, Kamis, 4 Juli 2013.
Setiap hari, akan digelar 8 kali pertunjukan di Gedung Sunan Ambu Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Menurut Edi, baru sekarang festival teater remaja bisa diramaikan oleh duta dari 32 provinsi. Satu provinsi, yaitu Maluku Utara, gagal mengirimkan kelompok teaternya karena salah membaca petunjuk teknis. "Mereka sangka pemainnya harus 17 tahun ke atas, padahal harusnya 17 tahun ke bawah," ujarnya.
Syarat lainnya, kelompok teater yang lolos minimal telah lima tahun berkiprah dan masih sering tampil di pentas pertunjukan. Mereka juga harus membawa rekomendasi Dewan Kesenian atau Taman Budaya di daerahnya masing-masing. Panitia menyiapkan belasan kategori juara, mulai dari 3 kelompok teater terbaik, aktor dan aktris, sutradara, hingga penata musik.
Dewan juri Festival Remaja Nasional 2013 ini berjumlah 5 orang, yaitu Jose Rizal Manua, Erry Anwar, Yesmil Anwar, Koes Yuliadi, dan Dindon WS. Adapun peserta festival yang digelar Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini diantaranya, Dapur Teater Pontianak, Teater Bangkit (Aceh), Salagracia (Bali), Hangtuah (Jakarta), Tasbe (Bandung), Tonggak (Jambi), dan Teater AFC (Yogyakarta).
Juga ada Teater Hulonthalangi (Gorontalo), Cupido (Lampung), Bengkel Seni Embun (Maluku), dan Iriantos (Papua Barat). "Tema lakon yang diangkat menggambarkan mereka peka terhadap kondisi sosial, budaya daerah, dan kebangsaan. Festival ini banyak warna lokal," kata Yesmil Anwar, salah seorang juri.
ANWAR SISWADI