Veven pada masa Tempo Interaktif saat itu, memang banyak mengedit tulisan nasional dan pokok tokoh. Tangan dingin dan kemampuan Veven sebagi penulis dan sastrawan memberikan sentuhan pada setiap tulisan yang dieditnya.
Di lain waktu saat malam-malam deadline Veven suka mengejutkan kami dengan gaya khasnya yaitu meninggikan kerah jaket yang dikenakan sebagai penutup kepala. Bila dilihat sepintas kerah jaket tersebut menjadi kerudung yang menutupi kepala dan membuatnya tenggelam dalam ketenangan mengedit naskah berita.
"Biar enggak kena AC, mesin pendingin. Kalau pakai topi entar mengurangi gantengnya saya he he," ujarnya bekelakar pada suatu malam menjawab pertanyaan kami mengapa dia melakukan kebiasaan ini setiap malam deadline? Jawaban spontan dan sederhana itu langsung mengundang tawa kami. Maklumlah, meski Tempo Interaktif saat itu terbilang media baru dengan eksistensinya hadir di dunia internet, tapi semangat dan cara kerja kami persis seperti media cetak di majalah Tempo yang diberedel 21 Juni 1994.
Juli 2012, kembali mendapat kesempatan bekerja sama dengan Veven sebagi volentir lepas Media Expert yang bertugas memberikan analisa tentang tren gaya hidup, gaya urban sosial dan hiburan oleh sebuah perusahaan Riset Nasional di Jakarta. Merajut kerja sama dan bertemu kembali dengan Veven seolah mempertemukan nostalgia bekerja satu tim di masa Tempo Interaktif dulu.
Di tahun 2012, Veven terlihat tidak lagi berbadan tegap dan gempal seperti di masa Tempo Interaktif dulu. Menariknya, saat itu Veven tidak lagi merokok dan lebih banyak menyantap makanan sehat dengan menu serba sayur, buah dan minum jus. "Saya harus menjaga kesehatan dengan pola hidup dan makan sehat ini," ujarnya saat melwati makan malam bersama.
Tak jarang dalam kesempatan sharing dan diskusi dengan para mahasiswa dan dosen yang tergabung di lembaga ini, Veven menuturkan bagaimana indahnya dan semangat kerja keras kami di Tempo Interaktif dulu. "Saya kenal Hani jaman TI, Tempo Interaktif dulu. Kami media pertama untuk online dan tetap semangat kerja meski di lapangan banyak yang mempertanyakan Tempo Interaktif itu apa?" kata Veven di depan forum diskusi tersebut.
Veven merupakan sosok orang rendah hati yang meski memiliki nama besar, jam dan pengalaman panjang tak membuatnya sombong atau susah berbagi ilmu. Dengan wartawan muda atau mahasiswa baru yang menemui atau menjadikan dirinya sebagai narasumber dan pusat referensi, Veven tetap terbuka dan memberikan banyak pelajaran, pengetahuan dan wawasan.
"Saya membaca buku-buku Mas veven. Dan setelah saya bekerja satu tim saat ini dengan Mas Veven saya banyak diajari berbagai pengetahuan tentang menulis. Awalnya saya takut, merasa ngeri dengan sosok Mas Veven yang sangat the legend sekali. Tapi setelah mengenal beliau tak sesombong yang saya bayangkan," kata Aruni Sitompul yang menjadi anggota tim di sebuah Pusat Riset Nasional, Jakarta.
Lain lagi dengan Galuh Ruspitawati...