TEMPO Interaktif, Jakarta - Tahun 2009 merupakan tahun yang berat bagi Gugun Blues Shelter. “Dalam bulan yang sama, kami menemui banyak masalah,” kata Aditya Wibowo, yang akrab disapa dengan Bowie. Penggebuk drum di grup musik beraliran blues itu menceritakan, ujian itu terjadi pada November.
Betapa tidak, album pertama mereka gagal dirilis karena ada masalah dengan label. Masalah tak berhenti di situ. Izin kerja Jonathan Amstrong atau Jono, sang bassist yang berkewarganegaraan Inggris, pun belum tuntas.
“Dia bolak-balik ke Inggris dan kami masih yakin Jono masuk band ini,” ujar Bowie menambahkan.
Kesabaran mereka makin diuji ketika rumah Muhammad Gunawan atau Gugun, sebagai pemimpin band ini, kebanjiran. “Komputernya kerendam air padahal semua file lagu disimpan di situ. Tapi, kami harus tetap main di kafe,” ucap Bowie.
Namun, di balik semua kesusahan itu menurut Bowie adalah refleksi yang diberikan Tuhan kepada mereka. “Yang Di Atas mau nguji, lo masih ingin terkenal nggak sih,” ujarnya. Makanya mereka tak menyerah. Dalam dua bulan, mereka mengerjakan album Satu untuk Berbagi yang akan dirilis di Indonesia pada Juli ini. “Album itu yang mengangkat derajat kami.”
Dan benar saja. Tak lama setelah itu, menurut Gugun, kelelahan mereka terbayar. “Sejak itu kami main banyak, media ikut melirik, begitu juga distributor alat musik ikut melirik kami, dan band kami mulai dikenal,” kata ayah dua anak itu.
l ISTIQOMATUL HAYATI