"Ini film keluarga. Saya berharap bisa diterima kalangan (luas)," kata Mathias kepada Tempo saat tayang perdana filmnya di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (7/2).
Di film ini, Mathias menyoroti kemerosotan moral masyarakat kota, terutama di Jakarta akibat urbanisasi dan pembangunan yang timpang. Demi sesuap nasi, masyarakat kota jadi lupa terhadap sesama.
Tengok saja, adegan satu babak Rindu (Salma Paramitha) yang ditabrak oleh sopir pribadi Surya (Tengku Firmansyah). Alih-alih membawa ke rumah sakit, Surya justru meninggalkan sopir pribadinya itu mengurusi Rindu sendirian. Surya kabur dengan menumpang taksi.
Mathias mengatakan, realitas seperti itu sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota. Namun, ia menolak apabila film ini bertujuan menyindir. "Saya cuma mengungkapkan problem bersama yang kalau kita biarkan, manusia-manusia akan bejat moral," tegasnya.
Menurut Mathias, penggarapan ini terilhami dari diskusi-diskusi intens bersama cendekiawan muslim Haidar Bagir, setahun lalu. Pokok yang sering dibahas mereka adalah konsep Hablun Minallah dan Hablun Minannas. "Diucapkan sehari-hari oleh orang-orang. Tapi, implementasi, nol. Hablun minallah sendiri, hablun minannas sendiri. Jadi, tidak nyambung," kata Mathias.
Butuh sampai setahun, menggarap film ini sampai selesai. Mathias mengaku mulai menulis skenario Rindu Purnama awal Februari tahun lalu. Film ini kemudian selesai diproduksi awal Februari ini. "Shooting-nya sendiri di Jakarta sampai 37 hari," kata Mathias.
MUSTHOLIH