Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ugo dan Hierarki Medium  

image-gnews
Pameran
Pameran "Papers and Ugo" di Taman Budaya Yogyakarta, 8-21 Januari 2010. (TEMPO/HERU CN)
Iklan

TEMPO Interaktif, Yogyakarta -


Seorang ibu dengan dua lesung pipi berada dalam sebuah lingkaran. Wanita berkebaya itu sedang tersenyum dan menoleh ke arah sesosok lelaki berpakaian jenderal. Sebaris kalimat dituliskan di pojok kanan bawah lukisan itu: “Kutitipkan T.M.I.I padamu Har!!”

 

Menatap coretan hasil karya perupa Ugo Untoro, 40 tahun, ingatan kita--terutama generasi yang hidup di era 1970 hingga 1990-an--akan langsung tertuju pada penguasa Orde Baru: Soeharto. Coretan bernuansa politis itu dibuat Ugo pada 1998, ketika masyarakat Indonesia larut dalam euforia reformasi. Saat itu, seperti kita tahu, sang penguasa Orde Baru yang otoriter dapat ditumbangkan.

 

Sebagai perupa, Ugo memang sempat larut dalam euforia reformasi. Namun itu hanya sementara, karena hanya ada 10 karya Ugo tentang Keluarga Cendana (keluarga Soeharto) dari seribuan coretannya yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta hingga 21 Januari 2011.

 

Dengan banyaknya karya yang dipajang dalam pameran bertajuk Papers and Ugo itu, Ugo seakan ingin menunjukkan pentingnya sket sebagai basis seni rupa, meski ia telah bergelut dengan berbagai medium seni rupa. Ugo memanfaatkan berbagai macam kertas guna “melampiaskan” hasratnya untuk corat-coret. Ugo memang tidak pilih-pilih kertas, dari bekas bungkus rokok, lembaran buku bergaris, kertas bekas undangan, kertas bekas kalender, bahkan hingga kertas bekas revisi skripsi. Hampir setiap hari Ugo berkarya dengan kertas-kertas bekas yang ada di dekatnya.

 

Bagi Ugo, kertas sebagai medium seni rupa tidak kalah gengsinya dibanding kanvas. Ugo bahkan menilai kertas lebih berbesar hati dibanding kanvas. “Ia menampung coretan tak bermakna, gambar-gambar gagal, disobek, dibuang,” katanya.

 

Meski begitu, Ugo tak pernah sekali pun membuang hasil coretannya di atas kertas. Ia bahkan sangat rajin menyimpan karya-karyanya itu dalam koper dan kotak plastik. Tidak mengherankan jika kurator pameran, Aminuddin T.H. Siregar, harus bekerja ekstrakeras memilih karya mana yang harus dipajang di ruang pameran. Begitu banyak materi yang dipamerkan sehingga harus dibuatkan sketsel tambahan, padahal ruang pamer di Taman Budaya Yogyakarta sangat luas.

 

Saking banyaknya karya, kurator akhirnya memisahkan karya berdasarkan tahun pembuatan. Maka display karya pun dikelompokkan mulai karya tahun 1987 hingga 2007.

 

Ugo lebih banyak menggunakan bolpoin untuk menuangkan ide ataupun kegelisahannya di atas kertas. Namun tidak jarang ia juga menggunakan spidol, krayon, atau cat air. Ia bahkan memanfaatkan api rokok untuk melubangi kertas. Kali lain, Ugo juga membuat karya kolase.

 

Pameran tunggal ini juga membuka mata publik bahwa Ugo pernah serius menggarap komik. Hanya komik karya Ugo berbeda dengan komik pada umumnya, yang selalu memenangkan sang tokoh. Simaklah komik tentang Pendekar Cambuk Sakti yang dibuatnya pada 2004.

 

Alkisah, Tukijo--sang Pendekar Cambuk Sakti--baru turun gunung setelah menimba ilmu kanuragan selama sembilan tahun di Gunung Kapur Hitam. Tiba-tiba ia melihat dua bajingan yang sedang memerkosa seorang gadis. Merasa sudah berilmu tinggi, Tukijo berusaha menyelamatkan sang gadis dari tindakan dua bajingan itu.

 

Apa yang terjadi kemudian? Tukijo alias sang Pendekar Cambuk Sakti ternyata tewas dengan luka di sekujur tubuhnya ketika berkelahi dengan dua bajingan itu. “Dua bajingan tengik itu, preman picisan itu, meneruskan garapannya lagi, sampai gadis itu tewas juga,” tutup Ugo dalam komik karyanya tersebut.

 

Sebagian besar karya Ugo memang berupa sketsa, meski tidak selamanya sketsa itu kemudian diteruskan ke kanvas. Bagi Ugo, membuat sketsa di atas kertas adalah mengasah basis seni rupa. Garis dan sketsa, menurut Ugo, adalah basis seni rupa, seperti halnya maestro seni rupa Picasso yang sangat matang dan sempurna dalam hal garis.

 

Menurut Ugo, banyak perupa yang lebih suka berkarya di atas kanvas, dan menyepelekan karya-karya di atas kertas. “Saya hanya ingin kembali ke basis (seni rupa). Seni, betapapun canggihnya, tetap harus memiliki roh. Penguasaan terhadap garis menjadi sangat penting. Penguasaan terhadap garis inilah yang sudah banyak ditinggalkan,” katanya.

 

Menurut kurator Aminuddin T.H. Siregar, melalui pameran ini, Ugo ingin mendobrak hierarki medium. Di lapangan seni rupa, kasta kertas selalu ditaruh di bawah (karya) kanvas. Karya di atas kertas selalu dianggap sebagai proto-seni. “Kenyataan inilah yang barangkali membuat karya-karya kertas kurang diterima sebagai karya seni,” tulis Ucok, panggilan akrab Aminuddin T.H. Siregar, dalam katalog pameran.

 

Selain itu, Ugo memanfaatkan kertas sebagai media untuk mencurahkan kegelisahannya dalam bentuk puisi. Meski cukup menarik, sejumlah puisi karya Ugo tidak lolos seleksi kurasi sebagai materi pameran. “Saya enggak tahu kenapa tak ada satu pun puisi saya yang dipamerkan. Ya, sudahlah, itu hak kurator,” ujarnya.

 

HERU C. NUGROHO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

41 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.