Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jazz dengan Semangat Sanja  

image-gnews
Kelompok musik yang pernah tenar pada tahun 70-80an meramaikan panggung Ngayogjazz 2011 yang bertajuk
Kelompok musik yang pernah tenar pada tahun 70-80an meramaikan panggung Ngayogjazz 2011 yang bertajuk "mangan ora mangan ngejazz" di pelataran Djoko Pekik, Sembungan, Kasihan, Bantul, SAbtu (15/1/2011). Agenda musik jazz tahunan ini menjadi semangat solidaritas para musikus yang hadir dengan asyik, spontan, interaktif, dan tanpa ikatan material. (TEMPO/Arif Wibowo)
Iklan

 

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ada suguhan menarik dalam perhelatan musik Ngayogjazz 2011, yang digelar di pelataran rumah perupa Djoko Pekik di Sembungan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Sabtu pekan lalu. Dalam perhelatan musik tahunan yang mengusung tema “Mangan Ora Mangan Ngejazz” itu, tampil tiga komunitas jazz dari tiga kota: Komunitas Jazz Jogja, Semarang, dan Bali. Mereka tampil di antara nama-nama kondang musisi jazz Indonesia, seperti Simak Dialog, ESQI:EF (Syaharani dkk), Tohpati Bertiga (Tohpati, Indro Hardjodikoro, Bowie), dan Chaseiro–yang dimotori Chandra Darusman.

 

Sayangnya, dari tiga komunitas jazz itu, Komunitas Jazz Bali tak bisa datang. “Saya tidak tahu kenapa mereka tak datang,” kata Djaduk Ferianto, Pengageng Hangabehi Ngayogjazz 2011. Meski begitu, kedua komunitas yang tampil hari itu tetap menarik. Mereka tetap tampil memukau di tiga panggung–Panggung Siter, Slompret, dan Tambur –yang dibangun di antara rerimbunan pohon di lahan seluas sekitar 3 hektare milik Djoko Pekik.

 

Bagi Komunitas Jazz Jogja, perhelatan musik itu sekaligus menjadi kesempatan mereka memperkenalkan album keduanya, Sesarengan. Sebetulnya, komunitas jazz itu bukan kelompok dalam arti sebenarnya. “Sebab, Komunitas Jazz Jogja ini memang tanpa ada ketua dan pengurusnya,” ujar Danny Eriawan, salah seorang aktivis Komunitas Jazz Jogja.

 

Komunitas ini terdiri atas individu-individu yang dipersatukan oleh interes yang sama, yakni musik jazz. Mereka terdiri atas musisi akademisi maupun musisi otodidaktik. Sebelum muncul istilah Komunitas Jazz Jogja tiga tahun lalu, para musisi jazz Kota Gudeg ini lebih sering tampil dengan label Jogja Jazz Club. Mereka sering tampil di kafe-kafe. “Belakangan, nama Jogja Jazz Club tidak dipakai lagi karena rancu dengan kelompok pemilik mobil Honda Jazz di Yogya,” Danny menjelaskan.

 

Para musisi Jazz Jogja itu juga sering menggelar konser di area terbuka pinggir jalan. Program ini kemudian diberi label “Jazz on the Street”. Beberapa musisi lebih sreg memakai label “Jazz Sobo Ndalan” (jazz yang berkeliaran di jalanan). Mereka memainkan berbagai aliran jazz, dari mainstream, jazz modern, hingga transgenre. 

 

Pada 2007, atas prakarsa Djaduk, para musisi Jazz Jogja itu diberi kesempatan tampil di De Click Cafe di kawasan Kotabaru. Hanya berlangsung setahun, aktivitas di De Click Cafe ini terhenti karena ada renovasi bangunan. Lalu, pada Desember 2009, aktivitas para musisi Jazz Jogja ini mendapat tempat di halaman Bentara Budaya Yogya. Dan lahirlah perhelatan rutin setiap Senin sore di halaman Bentara Budaya dengan label “Jazz Mben Senin”. Maksudnya, pentas musik jazz saban Senin. Merek yang kerap mengisi acara jazz mingguan itulah yang kemudian disebut Komunitas Jazz Jogja. Hingga kini, sekitar 30 musisi yang aktif di Komunitas Jazz Jogja.

 

Menurut Djaduk, Komunitas Jazz Jogja memiliki karakter khas dibanding komunitas jazz di kota lain. Salah satunya pergesekan dengan pelaku seni lainnya di Yogyakarta yang begitu banyak, dari komunitas perupa hingga komunitas seni tradisi. Pergesekan antara musisi jazz dan pelaku kesenian lain itu kemudian disebut dengan istilah “sanja” oleh Djaduk. “Sanja” adalah sebuah kata Jawa yang berarti saling berkunjung.

 

Semangat “sanja” itulah yang kemudian menelurkan album kedua Komunitas Jazz Jogja berjudul Sesarengan. Album ini berisi tujuh lagu yang berbasis pada lagu-lagu Jawa, antara lain Menthok-menthok ciptaan Ki Narto Sabdho, Yen Ing Tawang Ana Lintang karya Anjar Any, Cublak-cublak Suweng, dan Lesung Jumengglung karya Ki Narto Sabdho.

 

“Semangat lokal yang dimiliki teman-teman Komunitas Jazz Jogja inilah yang membuat mereka tidak terjebak menjadi epigon atau peniru,” ujar Djaduk. “Mereka tidak hanya memainkan repertoar standar jazz yang sudah ada, karena mereka memang bukan orang bule. Mereka sama sekali tidak berorientasi menjadi londo (bule).”

 

Semangat membumikan musik jazz ini juga terjadi pada Komunitas Jazz Semarang. Mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai Komunitas Ngisor Ringin (komunitas di bawah beringin). Sebutan ini muncul karena mereka sering bermain di panggung terbuka di Cafe Ours di kawasan Tanah Putih Semarang. “Kebetulan panggungnya dibangun di bawah pohon beringin,” kata Yuki, salah seorang aktivis Komunitas Jazz Ngisor Ringin.

 

Sama seperti Komunitas Jazz Jogja, Komunitas Ngisor Ringin ini juga merupakan sebuah organisasi terbuka yang dipersatukan oleh interes yang sama: musik jazz. “Teman-teman Komunitas Jazz Jogja lebih beruntung karena punya lebih banyak kesempatan tampil dibanding kami,” kata Reza, Manajer Komunitas Ngisor Ringin.

 

Pada perhelatan Ngayogjazz 2011 ini, Komunitas Ngisor Ringin memboyong tiga grup, yakni Rencang, Buzztard, dan Aljabar. Mereka sebenarnya dijadwalkan main di panggung Tambur bersama Komunitas Jazz Jogja, Iga Mawarni, Komunitas Jazz Bali, dan Komunitas Blues. Hujan deras yang mengguyur arena pertunjukan membuat pentas Komunitas Ngisor Ringin harus digeser ke panggung Siter.

 

Sayangnya, Komunitas Ngisor Ringin naik panggung setelah penampilan Chaseiro dan ESQI:EF, sehingga penampilan mereka menjadi sepi penonton. Apalagi, pada saat yang bersamaan, Glenn Fredly unjuk kebolehan di panggung Slompret. Meski begitu, Komunitas Ngisor Ringin tetap bersemangat tampil di atas panggung dengan keterampilan teknis bermain musik jazz di atas rata-rata. Selain memainkan repertoar jazz standar, mereka memainkan repertoar jazz hasil ciptaan mereka sendiri.

 

Memang, ketidakhadiran Komunitas Jazz Bali di Ngayogjazz 2011 sangat disayangkan. Menurut Djaduk, Komunitas Jazz Bali sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Komunitas Jazz Jogja dan Komunitas Ngisor Ringin Semarang, yang punya semangat membumikan musik jazz. “Apalagi sebagian anggota Komunitas Jazz Bali adalah orang Yogya atau setidaknya orang Bali yang telah lama menempuh pendidikan formal di Yogya,” katanya.

 

 

HERU C NUGROHO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Lee Sang Heon Minta Maaf Batal Hadiri Meet and Greet Secret Ingredient di Jakarta

9 menit lalu

Lee Sang Heon. Foto: Instagram/@sangheonleesh
Lee Sang Heon Minta Maaf Batal Hadiri Meet and Greet Secret Ingredient di Jakarta

Lee Sang Heon membuat video dan meminta maaf karena tidak bisa menyapa penggemarnya di Jakarta secara langsung.


Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

10 menit lalu

Wapres terpilih yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara pembagian sepatu gratis untuk anak-anak sekolah tak mampu di SMKN 8 Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

21 menit lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Antara Eve dan K-Pop, Ini Kenapa Game Stellar Blade Dianggap Kontroversial

28 menit lalu

Tampilan menu utama game eksklusif PlayStation, Stellar Blade. Tangkapan gambar dari PS5. TEMPO/Reza Maulana
Antara Eve dan K-Pop, Ini Kenapa Game Stellar Blade Dianggap Kontroversial

Stellar Blade mendapat hujan kritik karena desain karakter tokoh utamanya, Eve. Game eksklusif PlayStation 5 atau PS5 ini rilis umat, 26 April 2024.


Pemda Sumbawa Bangun 3 TPA dan 11 TPS Terpadu

33 menit lalu

Pemda Sumbawa Bangun 3 TPA dan 11 TPS Terpadu

Pemerintah Kabupaten Sumbawa, membangun 3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan 11 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Terpadu, sebagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah.


PPP Ajak Semua Pihak Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ada Peran Sandiaga Uno?

34 menit lalu

Ketua Bappilu PPP dan Ketua Dewan Pakar TPN Ganjar-Mahfud, Sandiaga Uno memberi penjelasan tentang rencananya di masa tenang Pemilu 2024 saat ditemui di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 10 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
PPP Ajak Semua Pihak Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ada Peran Sandiaga Uno?

Sandiaga Uno mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran.


Fernando Morientes Pajang Trophy Liga Champions di Indonesia, Bicara Fanatisme Suporter Tanah Air

36 menit lalu

Presiden Direktur Multi Bintang Indonesia Rene Sanchez Valle (kiri) dan Eks Penyerang Real Madrid Fernando Morientes dalam sesi jumpa pers Meet The UEFA Champions League Trophy & Legends di MGP Space, SCBD, Jakarta Selatan, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/Randy
Fernando Morientes Pajang Trophy Liga Champions di Indonesia, Bicara Fanatisme Suporter Tanah Air

Fernando Morientes singgung bagaimana kegilaan penggemar sepak bola Indonesia yang rela menonton Laga Liga Champions tengah malam.


Klasemen Liga 1 dan Rekap Hasil Pekan Ke-33 Usai Persija Jakarta Kalahkan RANS Nusantara FC 1-0

46 menit lalu

Logo BRI Liga 1 2023-2024.
Klasemen Liga 1 dan Rekap Hasil Pekan Ke-33 Usai Persija Jakarta Kalahkan RANS Nusantara FC 1-0

RANS Nusantara FC harus menerima kekalahan dari Persija Jakarta pada pekan ke-33 Liga 1. Terancam degradasi.


DLH Sumbawa Tambah Sarpras Penanganan Sampah

57 menit lalu

DLH Sumbawa Tambah Sarpras Penanganan Sampah

Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), terus melakukan upaya dalam penanganan sampah.


Review Game Stellar Blade: Kuat di Visual, Lemah di Cerita

1 jam lalu

Eve, karakter utama game Stellar Blade. Game ini dirilis Sony Interactive Entertainment pada 26 April 2024. Tangkapan gambar dari PS5. TEMPO/Reza Maulana
Review Game Stellar Blade: Kuat di Visual, Lemah di Cerita

Sony Interactive Entertainment telah merilis game eksklusif Stellar Blade di PlayStation 5 atau PS5. Berikut review-nya.