Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tokoh Demokrasi dalam Sinlirik

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tawa dan aplaus panjang dari sekitar 300 undangan malam itu merebak. Pasinrilik Syarifuddin Daeng Tutu menyapa dengan aksen yang janggal di telinga. "Good night, ladies and gentlemen," kata pemain Sinrilik yang namanya mendunia ini di gedung Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, Senin malam awal bulan lalu.

Syarifuddin sebelumnya tampak memicingkan mata. Ia menatap lembaran naskah yang akan dibaca dalam pertunjukan malam kebudayaan itu. Kacamata baca berukuran empat persegi yang ia pakai melorot hingga nyaris menyentuh ujung hidung.

Dalam pentas, pria asal Taeng Gowa ini memakai baju merah menyala selaras warna kain pengikat kepala berbentuk limas ala Sultan Hasanuddin. Ia duduk bersila di panggung berukuran 1,5 x 2 meter sedikit menjorok ke depan dari panggung utama. Dua pria muda menemaninya. Mereka berperan sebagai pemberi komentar atas naskah.

Syarifuddin pun memulai menuturkan. Disaksikan para undangan. Deretan paling depan kursi penonton terdapat Erwin Schweishelm, Direktur Friedrich Ebert Stiftung Indonesia, dan Bambang Sulistiyo, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Penuturannya diawali dengan penggalan riwayat tiga tokoh nasional: Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Tan Malaka. Syarifuddin tampil memukau. Meski naskah yang dibaca telah disiapkan panitia, ia sesekali melakukan improvisasi dengan menginterpretasi penggalan naskah seputar kegigihan ketiga tokoh tersebut dalam memperjuangkan demokrasi.

Terkadang ia menuturkannya dalam bahasa Makassar yang begitu fasih. Interpretasi itu sesekali diungkapkannya dalam bahasa Indonesia. Penampilannya tersebut membuat penonton tertawa atau memberi aplaus panjang.

Kedua pria di hadapannya pun tak mau ketinggalan. Secara bergantian mereka memberi komentar. Sambil terus "mengerek" alat musik berdawai dua mirip biola, Syarifuddin seolah tak mau berhenti berceloteh. "Eee..ee..eee…, sejarah adalah fondasi masa lalu untuk bisa menata masa depan demokrasi yang lebih baik," kata dia. "Maka jangan pernah melupakan sejarah."

Syarifuddin secara jelas menggambarkan kegigihan tiga bapak tokoh revolusi itu melalui setiap bait syair yang dituturkan. Satu-satunya catatan penampilan malam itu adalah pengucapan beberapa istilah serapan bahasa asing. Ia sempat harus berhenti sejenak untuk bisa melafalkan secara benar kata-kata, seperti founding fathers atau the new rules of the world.

"Di luar itu semua, penampilannya sangat bagus," kata Bambang Sulistiyo dalam sambutan akhir acara. "Beliau juga seorang penutur yang sanggup menyampaikan pesan tersirat dalam setiap teks yang dibaca."

Menurut Bambang, interpretasi Syarifuddin terhadap naskah bersumber dari literatur sejarah itu menunjukkan pemahaman dan pengetahuan luas Syarifuddin terhadap posisi dan keberadaan sejarah sebagai akar demokrasi bangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Melalui seni dan budaya, sinrilik bisa jadi media efektif dalam menyampaikan berbagai pesan, termasuk ide-ide tentang demokrasi," Bambang menegaskan. "Adalah tantangan berat bagi generasi muda untuk bisa melestarikan warisan budaya ini."

Erwin Schweishelm mengaku sangat terpukau oleh Sinrilik Syarifuddin. Tampil dengan setelan batik warna gelap, intelektual muda ini menyampaikan kekagumannya terhadap penampilan malam itu. "Amazing," kata dia. "Saya pun baru tahu bawa Sinrilik mirip biola."

***

Mendung Budaya Tutur

Sosok Syarifuddin Daeng Tutu dan Sinrilik sangat identik. Saking identik, kini ia satu satunya seniman Sinrilik di Sulawesi Selatan yang tersisa. Terlebih setelah kematian seniman Sinrilik, Sirajudddin Bantang, yang juga kakaknya.

Meski popularitas Syarifuddin jauh melampaui sang kakak, bekas karyawan salah satu instansi pemerintah ini tak kuasa menyembunyikan kegalauan terhadap seni bertutur melalui Sinrilik. Bisa dikatakan seni tradisional ini di ambang punah. "Sejauh ini, belum ada generasi muda tertarik dan mau belajar Sinrilik," kata dia.

Meski demikian, Daeng Tutu, demikian ia disapa, enggan menyalahkan generasi muda yang kurang berminat terhadap Sinrilik. Seni tersebut dalam beberapa dekade terakhir memang jarang dipertontonkan. Seharusnya, ia menilai, pemerintah lebih proaktif mempromosikan sekaligus bisa menumbuhkan minat belajar Sinrilik di kalangan generasi muda.

"Tanpa upaya itu, Sinrilik mungkin hanya barang antik dan cerita generasi mendatang," kata seniman yang telah menyambangi beberapa negara dengan alat musik gesek berdawai dua ini. Dulu, Sinrilik digunakan sebagai media penyampai informasi, baik kalangan istana maupun rakyat jelata. Isinya bisa berupa kritik. "Setelah saya, entah siapa lagi yang melanjutkan kesenian ini."

ARIFUDDDIN KUNU

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

3 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.


Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

7 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.


3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

53 hari lalu

Puluhan ribu warga berpartisipasi dalam Festival Kanda Matsuri, Tokyo. Foto: @tokyoartsandculture
3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.


Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.


Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa


Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda


Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.


Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Festival budaya Bastar Dussehra di India (utsav.gov.in)
Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.


Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Festival Budaya Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Dok. BPPD NTB
Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.


Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Haeundae Beach, salah satu pantai yang populer di kota Busan. Selain jadi tujuan bisnis dan MICE, Busan juga menjadi kota wisata leisure. Foto: @the.rhodes.we.travel
Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.