Kepada para pengunjung yang hadir, Testino menggambarkan dirinya sebagai separuh psikolog dan separuh tukang sulap. Dia menggali teknik memotret para model dengan melihat potret-potret mereka sebelumnya dan mengenal kepribadian para model sebelum memotret mereka.
“Wajah yang mereka berikan kepada saya (untuk dipotret) belum pernah mereka berikan kepada fotografer lain,” katanya dengan percaya diri.
Meskipun begitu, Testino juga sering menerima kritik. “Saya sering dikritik bahwa foto-foto saya terlalu cantik dan penuh dengan senyuman. Yah, setidaknya, ada orang yang bahagia melihat foto-foto saya,” katanya.
Dalam pidatonya, Testino juga bercerita tentang hubungan dekatnya dengan supermodel Kate Moss yang dikenalnya sejak usia 14 tahun. Mereka bertemu ketika Moss menangis di belakang panggung pada peragaan busana Galliano.
Saat itu Moss merupakan satu-satunya model yang berjalan sekali di atas panggung. Dua puluh dua tahun kemudian, Moss muncul 100 kali dalam buku yang berisi kumpulan foto Testino edisi terbatas yang diluncurkan oleh penerbit Taschen akhir bulan ini.
WWD/AMANDRA MM