TEMPO.CO, Jakarta - Taylor Adison Swift atau yang lebih sering dikenal dengan Taylor Swift sedang menyelenggarakan konser tunggalnya yang bertajuk The Eras Tour 23-26 Februari 2024. Persiapan konsernya di di Sydney menjadi buah bibir publik.
Sejumlah hotel dan maskapai penerbangan di Sydney mendadak penuh karena permintaan yang melonjak. Bahkan, para penggemar yang tidak mendapatkan akomodasi tersebut menjadi frustasi dan dilampiaskan di sosial media mereka.
Menurut Wali Kota Melbourne, Sally Capp, The Eras Tour Taylor Swift di Australia dapat menghasilkan nilai ekonomi sebesar A$1,2 miliar di kota ini saja, tempat ia mengadakan tiga pertunjukan awal bulan ini.
Bintang pop Amerika Taylor Swift belum tiba namun dampak langsung dari rencana konsernya di Singapura sudah terasa dan kemungkinan besar akan berdampak luas. Taylor Swift dijadwalkan tampil selama enam hari yaitu pada 2,3,4,7,8 dan 9 Maret 2024. Tiket Taylor Swift telah terjual habis di Singapura.
Dilansir dari CNA, permintaan hotel dan maskapai penerbangan hingga akomodasi sekitar tanggal konser Taylor Swift telah meningkat hingga 30 persen. Awal pekan ini, Badan Pariwisata Singapura (STB) mengatakan pihaknya memberikan hibah supaya Taylor Swift The Eras Tour hanya dibawa ke negara itu bulan depan, menjadi satu-satunya konsernya di Asia Tenggara.
“Hal ini kemungkinan besar akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Singapura, terutama bagi kegiatan pariwisata seperti perhotelan, ritel, perjalanan, dan kuliner, seperti yang terjadi di kota-kota lain di mana Taylor Swift pernah tampil,” kata dewan Pariwisata dan Kementerian Masyarakat, Kebudayaan dan Pemuda (MCCY) dalam pernyataannya.
Permintaan penerbangan ke Singapura dengan Singapore Airlines dan Scoot melonjak pada Maret, khususnya dari Asia Tenggara. Jetstar Asia juga mengatakan bahwa permintaan telah meningkat sebesar 20 persen untuk rute yang menghubungkan berbagai tujuan seperti Bangkok, Manila dan Jakarta menuju Singapura, selama periode ketika Taylor Swift sedang tampil.
Hotel-hotel yang dihubungi pun mengatakan mereka melihat adanya peningkatan permintaan. Cavaliere Giovanni Viterale, manajer umum cluster untuk Raffles Sentosa Singapura dan Sofitel Singapore Sentosa Resort & Spa, mengatakan bahwa ketika ada konser besar yang menampilkan artis terkenal internasional seperti Taylor Swift, penggemar mereka berkontribusi "secara signifikan" terhadap reservasi hotel.
Tidak hanya itu, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin dibuat geram karena tur dari Taylor Swift di Asia Tenggara hanya diselenggarakan di Singapura. Pada sebuah forum bisnis di hari Jumat, Srettha mengatakan bahwa Singapura telah membayar Taylor Swift sebesar 100 juta baht atau setara US$ 2,77 juta per pertunjukan. Dana sebesar ini diberikan dengan syarat bahwa Singapura akan menjadi satu-satunya negara tempat Swift menggelar konser di Asia Tenggara.
Pemerintah Singapura tidak mengomentari klausul eksklusivitas tersebut, meskipun AEG mengatakan bahwa satu-satunya konser Swift di Asia Tenggara akan dilakukan di negara kepulauan tersebut. Tiket VIP Taylor Swift dibanderol seharga S$ 1,228 atau Rp 13 juta lebih.
Selain di Singapura, Taylor Swift juga tampil di Tokyo pada awal Februari. Sementara lebih dari 300 ribu tiket telah terjual kepada para penggemarnya di Singapura. Ini lah yang menjadikan sorotan dari pemerintah di berbagai dunia, termasuk Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan permintaan maaf tak berhasil menggelar konser Taylor Swift di Indonesia.
"Mohon maaf swifties, Taylor Swift belum mampir dulu, nih, ke Indonesia. Diborong habis sama Singapura, namun ini menjadi pelajaran bagi kami," kata Sandi di akun X resminya, Kamis 22 Februari 2024.
MYESHA FATINA RACHMAN I DEWI RINA CAHYANI
Pilihan Editor: Bujuk Taylor Swift Mau Konser, Singapura Akui Beri Subsidi Jutaan Dolar