TEMPO.CO, Bandung - Teater Tuturupa mementaskan lakon terbarunya yang berjudul Endogma di Amphiteater Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Sabtu 2 Desember 2023. Endogma, singkatan dari The End of a Dogma, bercerita tentang kekangan dogma yang mengikat sekelompok individu. “Gagasannya sejak setahun lalu,” kata sutradara Julian Pratama, Jumat, 1 Desember 2023.
Pada penampilan terbarunya itu mereka ditemani beberapa teman yang tampil sebelum pertunjukan. Tuturupa menggaet Yori Papilaya, seorang praktisi seni tubuh yang seringkali menggabungkan tarian daerah dengan pendekatan kontemporer. Kemudian Bon Puppet, sebuah kelompok teater boneka yang dibentuk mahasiswa dan alumni Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Bandung pada 2019.
Endogma Karya Kedua Teater Tuturupa
Endogma menurut Julian, merupakan karya asli kedua yang mereka garap secara penuh. Lakon perdana mereka sebelumnya berjudul Berisik Sekali Kau Sunyi pada 2022, ditampilkan dalam bentuk tayangan video berwarna hitam putih. Pertunjukan itu terinspirasi dari puisi yang dibalut eksplorasi rupa dari emosi lewat kostum. Konsep itu seperti ingin menguatkan identitas kelompok teater itu yang namanya berasal dari gabungan kata tutur dan rupa.
Selain itu, pada 2023 mereka terlibat dalam beberapa pertunjukan kolaborasi, misalnya Sepenggal Mimpi di Reruntuh Api di Festival Alur Bunyi Goethe Institut Indonesia di Jakarta. Kemudian pertunjukan hasil adaptasi cerita illustrasi karya Kathrin Honesta dan Shadow Stories berjudul Sweater bersama penyanyi Jinan Laetitia.
Sejarah Teater Tuturupa
Tuturupa dibentuk pada 2021 oleh empat orang lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung dari Desain Interior, Seni Rupa, dan Desain Produk. Pendirinya adalah Julian Pratama, Bimanda Dharma Sahara, Puspita Tjokronegoro, dan Dirfas Naufal. Sebelumnya mereka sempat menampilkan teater boneka semasa kuliah. Setelah vakum, mereka kemudian berkumpul lagi membentuk Tuturupa.
Menurut Julian, mereka tidak punya latar ikut kelompok teater. Namun setiap acara wisuda mereka suka menampilkan pertunjukan bagi para lulusan. Berkembang dari budaya kampus seperti itu, Tuturupa punya pendekatan yang berbeda dengan kelompok teater konvensional. “Mungkin teater atau performance yang lebih banyak dibalut koreografi, set, kostum, dan musik yang kami buat sendiri,” ujarnya.
Sedari awal dibentuk, Tuturupa berusaha keluar dari kotak-kotak jenis karya. Mereka ingin mengeksplorasi banyak hal baru atau yang lama sesuai tema dan kebutuhan pertunjukan. Mereka melibatkan hingga 22 orang pemain.
Pilihan Editor: ISBI Bandung Gelar Pementasan Lima Kelompok Teater, Rektor Ikut Main