Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Patung Kuda Dekoratif Syahrizal  

image-gnews
Tempo/Heru CN
Tempo/Heru CN
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Suatu ketika, saat pematung Syahrizal Koto masih bocah di Kampung Sunur, Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat, ia membantu ibunya membuat kue. Bukannya membentuk adonan tepung menjadi pola kue yang biasa, dia malah membuat bentuk kuda. Saat lain ia bermain dengan tanah liat dan yang muncul dalam pikirannya saat itu adalah bentuk kuda. Saat ia naik bendi terbuka kesukaannya, matanya tak lepas mengamati bentuk tubuh kuda berlari dengan gerakan yang lentur.

Kini, empat dasawarsa setelah Syahrizal, 48 tahun, merantau ke Yogyakarta dan menjadi seniman patung setelah menamatkan kuliah di Jurusan Seni Patung ISI Yogyakarta, kelenturan tubuh kuda tak lekang dari ingatannya. Meski di kampusnya hewan bukan subject matter yang populer, ia mulai mengenyampingkan patung figuratif. Maka, jadilah sederet karya patung berupa citraan kuda sejak 1990-an. Sebanyak 21 karya patung dengan subject matter kuda bertajuk “Deviation: Horse Series” ia pamerkan di Srisasanti Gallery, Yogyakarta, 31 Oktober hingga 10 November.

Pameran ini menjadi semacam catatan proses kreatif Syahrizal dalam menggarap bentuk kuda sejak paruh awal 1990-an hingga kini. Pada masa awal dia menggarap bentuk kuda, patungnya muncul dengan deformasi bentuk (pemiuhan) yang masih sederhana, seperti karya patung figuratifnya. Pada karya Sang Kuda, misalnya, ukuran tubuh kuda masih proporsional, tapi dengan lekukan otot tubuh yang sudah lebih rata hasil pemiuhan yang minimal. Buntut dan rambut di leher kuda dideformasi secara minimal, sedang wajah masih menyisakan lekuk-lekuk realistis.

Pada karya bertarikh 1992 dengan judul Mak Njegaqgik, deformasi makin jauh. Tubuh kuda menjadi lebih panjang dengan kaki lebih pendek dan bentuk kepala sudah mulai meninggalkan jejak realisme. Pada karya 1993 terjadi perubahan yang sangat berarti. Syahrizal meninggalkan permukaan patung yang halus. Ia mulai bermain-main dengan permukaan bertekstur dan memasukkan elemen figur manusia pada sosok kuda.

Pada 1994, Syahrizal menghasilkan karya terbaik yang ditampilkan dalam pameran ini. Karya bertajuk Terjerat dari materi perunggu itu mengalami deformasi paling radikal. Tubuh kuda pipih memanjang dengan tiga kaki pendek bertaji. Tubuh pipih itu mengesankan gerak bertenaga menahan jeratan citraan tali di moncongnya yang terikat di bagian ekor.

Syahrizal mendeformasi bentuk ekor yang justru menimbulkan kesan yang berbeda dengan bentuk asal ekor kuda yang lembut dan gemulai. Pemiuhan bentuk ekor ini menjadi bentuk menjulang dan kokoh. Rumbai rambut kuda berubah bak bentuk stalagmit di dalam gua.

Karya ini sangat berbeda dengan patung kuda Syahrizal yang lain. Ia tak melanjutkan gaya deformasi bentuk sebagaimana yang ia lakukan pada karya Terjerat tadi. Pada tahun-tahun berikutnya Syahrizal menghasilkan bentuk kuda yang seragam: kuda dalam posisi berdiri tegak, kadang agak condong ke belakang dan ke depan, tubuh langsing, empat kaki dan leher yang panjang tegak tapi juga kadang meliuk lentur. Ia juga menambahkan bentuk figur yang duduk di punggung kuda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kadang ia mengganti kepala kuda dengan kepala manusia, kepala ayam jago, atau citraan topeng wajah. Begitu pula bentuk telapak kaki kuda, kadang ia ganti menjadi bentuk kaki manusia atau kaki ayam jago. Kurator Mikke Susanto mengkategorikan seri kuda ini dalam tema fantasi.

Syahrizal memang mengambil beberapa unsur bentuk dari karya Terjerat, misalnya bentuk surai kuda berupa susunan bentuk stalagmit yang teratur sehingga menegaskan corak dekoratif pada karyanya.

Elemen dekoratif sangat kuat pada karya bertajuk Bouraq berkepala manusia, dengan bulu leher berbentuk gelombang yang teratur, sayap dan ekor dengan rongga yang berjejer seperti pola ragam ukir kayu. “Saya suka corak dekoratif ukiran seni tradisi,” ujarnya.

Tak banyak pematung yang memasukkan elemen dekoratif ke dalam karyanya, seperti yang dilakukan pematung Gregorius Sidharta (almarhum). Sidharta memalingkan muka dari modernisme dengan menggali elemen seni tradisi dan memasukkan elemen itu ke dalam karya patungnya. Syahrizal kini berada di jalur yang sama.

Raihul Fadjri

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Seniman Angkatan 1979 ITB Gelar Pameran Seni Rupa di Galeri Soemardja

48 hari lalu

Pameran seniman alumni ITB bertajuk 1979: Sekian Purnama Setelah Pancaroba di Galeri Soemardja, 27 Agustus - 9 September 2024. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Seniman Angkatan 1979 ITB Gelar Pameran Seni Rupa di Galeri Soemardja

Seniman yang menjadi alumni ITB angkatan 1979 menggelar pameran seni rupa bersama, antara lain Agus Suwage dan Tisna Sanjaya.


Pameran Nandur Srawung XI: Merayakan Warisan Seni Rupa

17 Agustus 2024

Pameran Nandur Srawung XI
Pameran Nandur Srawung XI: Merayakan Warisan Seni Rupa

Jangan lewatkan kesempatan untuk merayakan warisan seni rupa Indonesia dan menggali inspirasi dari karya-karya luar biasa yang dipamerkan.


Selasar Sunaryo Art Space Gelar Pameran Seni Rupa 10 Seniman Perempuan

30 Mei 2024

Perupa Fiametta Gabriela membuat lukisan langsung berjudul Innerforce pada pameran Titicara Meruah di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat, 17 Mei 2024. Pameran ini melibatkan sembilan perupa lintas generasi dimana sebagian besar adalah perupa muda dengan kurator generasi muda. TEMPO/Prima mulia
Selasar Sunaryo Art Space Gelar Pameran Seni Rupa 10 Seniman Perempuan

Sepuluh seniman perempuan menggelar pameran seni rupa dan pertunjukan dari karya mereka di Selasar Sunaryo Art Spaces.


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

23 Maret 2024

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

17 Maret 2024

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.