TEMPO Interaktif, Jakarta: Arus balik ke Jakarta rupanya menyulut keprihatinan Cici Tegal, 47 tahun. Hal itu bisa menimbulkan pekerjaan rumah baru akibat berbondongnya warga desa mengadu nasib ke Ibu Kota.
"Kalau pemerintah tegas, punya sanksi yang bertanggung jawab atas kondisi ini, mungkin tidak akan terulang terus," kata wanita berkerudung ini lewat telepon selulernya kemarin.
Pemilik nama lengkap Sri Wahyuningsih ini kecewa karena pemerintah seperti sudah kehabisan cara untuk melakukan pencegahan yang jitu.
"Faktanya, ya, terjadi lagi, terjadi lagi. Mungkin bukan kesalahan pemerintah semata. Masyarakat pun harus lebih ikut berperan nyata, meskipun kecil," tutur Cici, yang di panggung acara komedi tenar dengan gaya bicara beraksen Tegal.
Namun, pemain sinetron Kiamat Sudah Dekat ini mengingatkan masyarakat agar tak terbiasa malas dan mengandalkan pembantu, tukang kebun, atau petugas keamanan (satpam) yang biasanya berasal dari desa. Sikap warga kota, yang maunya serba dilayani, secara tak langsung menjadi penyulut tingginya angka urbanisasi ke Ibu Kota dari tahun ke tahun.
"Ada beberapa teman saya yang kalau Lebaran usai minta dicariin banyak orang untuk ini-itu. Padahal, kalau mau berpikir bijak, hidup dengan pembantu seadanya tidak membuat repot. Justru kalau segala sesuatu dilayani, kita jadi malas dan mengundang urbanisasi," kata duta pengembangan rumput laut di beberapa pedesaan yang diangkat oleh Departemen Perikanan tersebut.
Dengan tugas yang disandangnya itu, kini Cici merasa punya andil, meski bukan hal besar untuk menekan laju urbanisasi. Kata dia, banyak warga desa yang tergiur pada cerita sukses hidup di Jakarta, padahal faktanya tidak demikian.
Dengan kegiatan yang digelutinya, Cici bersemangat mengajak masyarakat desa memperoleh kesejahteraan di desa masing-masing. "Ibaratnya, pedesaan justru emas yang belum tergosok. Kesempatan serta potensi peluangnya banyak berada di sana. Sekali lagi ini tugas berat pemerintah daerah setempat."
Hadriani P