TEMPO.CO, Jakarta -Musisi Addie MS mengatakan gejala kreativitas dalam video terutama melalui media sosial sering berujung pada fenomena unik. “Si pembuat lagu atau pemain band aslinya menghadapi berbagai macam masalah,” ujar Addie MS di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Senin, 9 Oktober 2017.
Masalah yang dimaksud Addie MS adalah pembajakan, pengunggahan secara bebas sehingga karya yang dibuat oleh para seniman dan musisi tidak dihargai. “Sehingga sudah capek-capek kerja, sewa studio, bayar musisi tapi dia boro-boro balik modal malah dia harus terima kayak kerja bakti sambil berharap dapat pemasukan dari offair-nya gitu,” jelas Addie MS.
Di lain pihak, para pembuat konten yang bisa melakukan cover dari lagu-lagu tersebut kemudian mendapatkan pemasukan melebihi musisi aslinya. Dengan cara mengkover lagu untuk memikat banyak penonton serta iklan. “Ujung-ujungnya dia (pembuat konten) dapat income melalui covering jauh lebih banyak. Ini fenomenal,” katanya.
Menurut Addie MS, dalam menanggapi hal ini perlu adanya keadilan agar tidak menurunnya kreatifitas serta motivasi para musisi atau seniman dalam menghasilkan berkarya. “Kalau tidak ada fairness,tidak sehat ekosistemnya akan mengakibatkan kreativitas menurun,” tuturnya.
Addie MS mengatakan para pembuat konten di media sosial juga harus menghargai kreatifitas yang dibuat oleh para musisi atau seniman asli sebelum akhirnya membuat cover video.
“Masalahnya pembagian pendapatan itu, kalau ada aturan atau ada cara yangmudah sehingga pembagian keuntungan itu lebih adil,” tuturnya.
Addie MS mengatakan para pencipta lagu mana pun tidak akan keberatan kalau karyanya di-cover orang apabila pembagian keuntungan juga dirasakan oleh pembuat lagu.
Ia menambahkan untuk membuat sebuah lagu, para musisi atau seniman memerlukan waktu yang cukup lama dan modal besar sehingga tidak adil rasanya kalau yang mendapat keuntungan hanya para pembuat konten di media sosial sosial.