Biennale Venesia ke-57, Cerita Planet Mars Tintin Wulia  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Kamis, 18 Mei 2017 15:00 WIB

Tintin Wulia. Youtube

TEMPO.CO, Jakarta - Karya Tintin Wulia dipamerkan di Biennale Venesia ke-57, Italia mulai dari 13 Mei sampai 26 November 2017. Kembarannya bisa dinikmati di Senayan City, Jakarta. Pada salah satu ruang pameran, sebuah layar video menampilkan empat manusia yang berkisah tentang hidupnya secara terpisah.

Tiga dari mereka bekas tahanan sebuah revolusi besar pada 2065, lalu dikirim ke Planet Mars hingga 2079. Adapun satu lagi adalah anak bekas tahanan itu. Mereka berkisah tentang hidupnya yang dinistakan oleh rezim, diperlakukan tak manusiawi. Mereka ditahan tanpa pengadilan.

Baca: Triawan Munaf Pontong Tumpeng untuk Pameran Tintin Wulia


“Tanah Mars itu keras… suatu saat kami disuruh merayap sampai kulit tangan dan siku luka-luka,” ujar si bapak. “Kami menggeliat seperti cacing.” Si anak muda lalu menyambung, “Kalau dalam film, saya akan ambil gambar dari ketinggian, gerak seperti cacing—lalu makin mendekat, mendekat, dan terlihatlah manusia yang penuh dengan lumpur.”


Not Alone, karya Tintin Wulia,

Cerita para bekas tahanan di Planet Mars itu tentu saja fiksi. Mereka orang yang kalah dalam sejarah. Kisah mereka terasa lebih pilu seiring denting piano yang melantunkan nada komposisi The Planet dan Venus karya komposer Inggris Gustav Holst, yang dibawakan oleh Tintin Wulia saat latihan. Di sela-sela “para penghuni Mars” bercerita, muncul proses perakitan modul potongan laporan NASA tentang eksplorasi ruang angkasa, “Highlights 1965: A Progress Report”, ketika pesawat Syncomm II mengangkasa.

Baca: Melihat Biennale 2017 dari Senayan City


Instalasi video berjudul A Thousand and One Martian Homes itu merupakan bagian dari karya perupa Tintin Wulia yang dipamerkan di Senayan City, Jakarta. Karya serupa juga dipamerkan di Paviliun Indonesia dalam Biennale Venesia 2017 di Venesia, Italia. Sejak Sabtu, 13 Mei lalu, tiga karya Tintin Wulia terpasang di sebuah ruang di lantai 6 Senayan City.

Tiga karya instalasi yang dipajang secara simultan itu bertajuk 1001 Martian Homes. Karya-karya tersebut dipersembahkan kepada masyarakat di Indonesia yang tak bisa menyaksikannya dalam perhelatan pameran seni Biennale Venesia ke-57 atau 57th Venice Biennalle di Venesia, Italia.


Dalam dimensi ruang yang sama, 70 meter persegi yang terbagi dalam tiga ruang, baik di Jakarta maupun Venesia, Tintin juga menyajikan dua karya lain yang menghubungkan dengan masyarakat dunia. Pengunjung bisa berinteraksi tak hanya dengan karya tapi juga pengunjung di seberang benua. Lihat saja karya berjudul Not Alone. Perupa kelahiran Bali pada 1972 ini menyusun ribuan modul heksagonal akrilik transparan membentuk kubah.

Baca: Bekraf Usung Seniman Tintin Wulia Pameran di La Biennale Venezia


Advertising
Advertising

Seniman tersebut juga meletakkan sensor dan kabel elektronik yang menghidupkan pendaran kawat listrik dan 228 lampu LED yang menggambarkan rasi Sagitarius. Dua mesin kembar terhubung dengan Internet yang terpasang di dua tempat pameran terpisah. Penonton diajak masuk melintasi batas ruang dan waktu.


Layar Video di pameran Tintin Wulia

Seiring gerakan pengunjung yang mendekat dan menjauh, sensor akan menghidupkan lampu yang membentuk tiga kata: We, Are, Not Alone, dengan ejaan terbalik. Pancaran akrilik dan lampu membentuk bayangan yang indah di langit-langit. Kamera pengawas di atas kubah merekam dan saling mengirim rekaman dari lingkungan. Pada saat bersamaan, umpan silang siaran video diproyeksikan di langit-langit di atas mesin.


Karya interaktif lain terlihat ketika pengunjung digiring masuk ke lorong dan menemui pintu berlubang. Di situ kita bisa mengintip. Jika beruntung, di Venesia sana, bisa jadi seseorang juga sedang mengintip dan melihat mata kita. Rekaman bola mata diperlihatkan bergantian di dinding lorong bertangga.


Kurator Agung Hujatnikajennong menjelaskan, karya Tintin, 1001 Martian Homes, adalah cerita tentang kelangsungan hidup. Meski tak lagi memegang ikon seperti paspor atau peta, ciri khas karya seniman ini sangat jelas. “Bicara tentang batas, perlintasan—dalam kisah nyata dan pengertian lebih jauh dan imajiner,” ujar Agung dalam pengantar kuratorialnya.



Karya Tintin Wulia bertajuk 1001 Martian Homes.

Direktur artistik Enin Supriyanto mengatakan karya Tintin berangkat dari narasi personal yang sudah penuh dengan pelipatan ruang dan waktu dalam perlintasan diaspora yang kompleks. Dalam karya ini, kita dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa datang terangkai dalam ruang nyata, ruang antara, dan imajiner. “Lewat karya ini, Tintin mengajak kita untuk bertemu, bergaul, dan mengajukan berbagai imajinasi tentang ide kosmopolitan,” ujar Enin.

Dalam Biennale Venesia itu, Tintin mewakili Indonesia dengan dukungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Seniman yang tinggal di Brisbane, Australia, ini sebelumnya dikenal sebagai pekerja film yang kemudian menekuni seni instalasi, performance, permainan interaktif, dan seni rupa dalam beragam medium. Karya-karyanya condong pada persoalan identitas, lintas batas, dan diaspora, yang dipamerkan di galeri-galeri serta pameran internasional di berbagai negara.


Sayangnya, karya Tintin ini diletakkan di ruang yang kurang menarik perhatian pengunjung mal. Pun, tak ada keterangan cukup mencolok yang menarik pengunjung bahwa karya ini mengisi perhelatan pameran seni bergengsi dan tertua di dunia.


DIAN Y. | ELIK SUSANTO

Berita terkait

Ganjar Janji Hidupkan Bekraf Lagi untuk Kembangkan Industri Content Creator

14 Januari 2024

Ganjar Janji Hidupkan Bekraf Lagi untuk Kembangkan Industri Content Creator

Calon Presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo mengatakan akan mengembangkan industri kreatif apabila dia terpilih dalam Pemilu 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.

Baca Selengkapnya

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.

Baca Selengkapnya

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.

Baca Selengkapnya

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Bekraf dan Pariwisata Disatukan, Ernest Prakasa: Susah Optimis

24 Oktober 2019

Bekraf dan Pariwisata Disatukan, Ernest Prakasa: Susah Optimis

Ernest prakasa beralasan, selama ini, saat masih sendiri berbentuk badan, beberapa program Bekraf sudah berjalan baik.

Baca Selengkapnya

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.

Baca Selengkapnya